Tongkonan merupakan rumah adat Tana Toraja yang sarat simbol dan makna. Bentuk atap yang unik dan menjulang menjadi daya tarik tersendiri bagi pelancong yang berkunjung.
Harga Tiket: Rp 15.000, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Bebo, Kec. Sangalla Utara, Kab. Tana Toraja, Sulawesi Selatan; Map: Cek Lokasi |
Keaneka ragaman Indonesia tidak hanya dari wisata, kuliner dan bahasa. Tetapi bahkan dari rumah-rumah adat bisa menjadi kekayaan yang tak ternilai. Apalagi Indonesia memiliki suku yang beragam seperti Sulawesi. Keindahan dan kemegahan dari rumah adat ini tidak hanya menjadi simbol kemegahan tetapi juga pengingat adanya leluhur yang berasal dari Toraja.
Jika Anda ingin berlibur ke Tana Roraja memang rasanya kurang lengkap jika berfoto tanpa latar belakang rumah tradisional ini. Anda bisa melihat bagaimana material kayu, hiasan ukiran rumah dan juga tanduk kerbau yang ada di rumah adat ini. Tentu keindahan rumah tradisional ini penuh estetika. Dinamakan dengan Tongkonan, rumah Tana Toraja penuh dengan simbol dan makna.
Berapa rumah adat yang terdapat di Tana Toraja kini menjadi wisata edukasi dan budaya. Sebagai warisan leluhur yang wajib dijaga, rumah Tongkonan tertua menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi ketika liburan tiba.
Mengenal Tongkonan, Rumah Pengingat Leluhur

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa rumah adat ini memang menjadi salah satu pengingat akan leluhur pelaut. Masyarakat Toraja memang dikenal sebagai pemegang teguh adat dan juga budayanya. Salah satunya ialah Tongkonan. Rumah adat ini terbuat dari kayu yang diketahui tumbuh banyak di Sulawesi. Namanya adalah Kayu Uru.
Atap dari rumah ini terbuat dari bambu dengan ciri khas yang unik. Tepatnya bentuknya menyerupai perahu dan menjadi pengingat bahwa leluhur masyarakat Toraja sendiri menggunakan perahu agar bisa sampai ke Sulawesi.
Di bagian dalam rumah adat ini juga terbagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah bagian selatan, tengah dan utara. Ada fungsi dari masing-masing bagian rumah. Untuk rumah bagian selatan disebut Sumbung dan diperuntukkan ketika ada pertemuan keluarga, dapur dan juga tempat meletakkan orang yang sudah meninggal.
Di bagian utara menjadi ruang tamu, tempat meletakkan sesaji dan tempat tidur anak-anak. Konon memang filosofi pembagian ruang ini tak boleh dilanggar karena bisa menyebabkan adanya petaka. Kepercayaan ini masih begitu terasa di masyarakat setempat.
Hiasan Lambah Status Sosial di Rumah Tongkonan

Jika Anda melihat adanya patung kepala kerbau di bagian atas rumah, tak perlu heran. Sebab hal ini sudah menjadi ciri khas. Bukan hanya menjadi hiasan saja. Kepala kerbau ini terdiri dari tiga warna yaitu putih, hitam dan belang atau disebut bule. Ada makna tersendiri yaitu kemampuan ekonomi dari sang pemilik rumah.
Setiap upacara adat yang ada di Tana Toraja, mereka selalu menggunakan kerbau sebagai hewan kurbannya. Harga satu kerbau hitam diperkirakan mencapai Rp. 60.000.000 per ekor. Sementara untuk kerbau bule atau belang bisa mencapai Rp. 600.000.000 per ekor hingga 1 Milliar rupiah. Semakin banyak tanuk kerbau maka semakin tinggi derajat dari keluarga tersebut.
Ada juga di beberapa rumah yang memiliki patung tambahan yaitu berupa kepala ayam atau naga. Hal ni menandakan kalau pemilik rumah merupakan orang yang dituakan di tempat tersebut. ketika mereka membangun rumah Tongkonan maka akan selalu diadakan sebuah pesta yang meriah.
Lambang Kemakmuran di Rumah Tongkonan

Rumah Tongkonan memiliki bagian lumbung. Dulu di bagian bawah rumah Tongkonan merupakan kandang kerbau. Inilah alasan mengapa rumah adat tersebut dibuat seperti panggung. Sementara di bagian depan Tomgkonan juga dibangun alang atau lumbung. Alang ini memiliki lambang ukiran ayam dan juga matahari di atas bangunan disebut sebagai kemakmuran dari orang Toraja. Tidak hanya ada satu melainkan alang bisa dibangun sesuai dengan jumlah keturunan keluarga tersebut.
Pemilik rumah akan meletakkan padi yang masih bertangkai di dalam alang bahkan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang berharga. Tokonan dan alang sendiri dibangun dengan berhadapan sesuai dengan arah utara dan juga selatan. Dari kedua bangunan ini berperan sebagai pengganti orang tua. Sementara Tongkonan sendiri berperan sebagai ibu dan Alang sebagai bapak.
Fakta Unik Rumah Tongkonan di Tana Toraja

1. Makna bagi Suku Toraja
Tongkonan berasal daari kata Tongkon yang berarti duduk. Fungsi dari tongkonan sendiri adalah pusat pemerintahan, strata sosial dan kekuasan dalam elemen suku Toraja. Kepemlikan Tongkonan sendiri memang bukan dimilki secara pribadi atau per orangan. Tetapi Tongkonan merupakan warisan dari nenek moyang yang nantinya hanya bisa diwariskan secara turun temurun oleh marga dari suku Toraja.
2. Ukiran yang Bermakna
Tongkonan juga memiliki ukiran yang berwarna di dinding-dindingnya. Ukiran ini menggunakan 4 dasar warna yaitu warna hitam, merah, putih dan juga kuning. Untuk masyarakat Toraja sendiri warna ini memilii makna tersendiri. Warna hitam melambangkan adanya kematian atau duka. Sementara warna merah melambangkan kehidupan dan warna kuning melambangkan sebuah kekuasaan Tuhan. Terakhir, warna putih berarti kesucian.
3. Anggota Keluarga yang Meninggal Tak Langsung Dikubur
Sebelum dikuburkan, anggota keluarga yang meninggal di sana harus melakukan upacara yang disebut dengn penyempurnaan ketian. Upacara kematian ini juga untuk menghormati dan juga menghantarkan arwah orang meninggal menuju alam keabadian dengan para leluhur. Nantinya sebelum disemayamkan, jenazah tersebut akan disimpan di Tongkonan sebelum dilakukan proseesi penguburan.
Penyimpanannya memang di lumbung dan dibalsem agar tetap awet. Tiang-tiang rumah ada dari Tana Toraja ini juga dibuat dari batang pohon palem yang licin. Tikus tidak akan mudah naik ke lumbng. Nanti sebelum memindahkan jenazah, butuh biaya yang cukup banyak yang bahkan upacaranya mirip dengan pesta karena melibatkan seluruh warga setempat.
Nantinya di upacara ini piak keluarga harus membungkus jenazah dan membubuhkan ornamen benang emas dan perak di peti jenazah. Penurunan jenazah dari lumbung untuk nantinya disemayamkan ke peristirahatan terakhir.
Dari rangkaian upacara, pihak keluarga nantinya harus melakukan atraksi budaya seperti misalnya adu kerbau, pentas musik dan juga tarian Toraja hingga adanya penyembelihan kerbau bule Tedong Bonga. Semua jenazah harus mengikuti serangkaian proses ini karena mereka yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal jika memang prosesi upacara sudah seluruhnya digenapi.
Bentuk Rumah Adat Suku Toraja

Mungkin Anda membayangkan bagaimana bentuk rumah adat yang istimewa ini. Rumahnya berbentuk rumah panggung dan berdiri kokoh dengan topangan balok kayu besar di bagian bawah. Balok kayu ini ditempatkan vertikal untuk bisa menyangga bilah kayu yang fungsinya sebagai rangka di bagian bawah.
Sementara di atasnya ada bilah kayu yang ditempatkan membentuk kerangka persegi. Bilah-bilah ini berkaitan dan atap rumah Tongkonan bentuknya mirip dengan perahu dan banyak tanduk kerbau yang digantung di bagian depannya. Sementara di deretan rumah adat akan berhadapan dengan lumbung atau alang.
Di Desa Adat Kete Kesu di Toraja Utara, ada sebuah Tongkonan yang dijadikan sebagai museum dengan nama Museum Indo’ Ta’dung atau MIT. Nama ini diambil dari seorang pengibar bendera merah putih pertama yang ada di Toraja yakni Indo’ Ta’dung. MIT ini berada di dalam rumah Tongkonan Rura Lompo. Seolah seperti manusia, Tongkonan memiliki pasangan atau Balinna yang diberi nama Tarra.
Tidak hanya berpasangan dengan sesama Tongkonan tetapi rumah adat tersebut juga memiliki konsep kepercayaan dengan pasangan yang bukan Tongkonan. Pasangan ini jika secara vertikal adalah liang atau kuburan. Untuk pasangan secara horizontal adalah alang.
Berkunjung ke Tongkonan Tertua Tana Toraja

Berkunjung ke Tana Toraja tak lengkap apabila tak mengunjungi Tongkonan tertua. Toraja menyimpan sejuta keunikan yang tak akan bisa ditemukan di manapun. Rumah adat tertua sebagai simbol ikonik suku Toraja memiliki nilai filosofi tersendiri. Tempat tersebut sangat sakral. Oleh karena itu, bukan sembarang orang yang menghuni Tongkonan tertua tersebut.
Rumah adat yang tampilannya menyerupai perahu ini memiliki tampilan dan tradisi penghuni yang unik. Terdapat ukiran Toraja yang khas di atap bagian luar. Selain itu terdapat sebuah tradisi yaitu memasang tanduk kerbau di setiap rumah. Hal tersebut merupakan sebuah simbol kemewahan yang membedakan strata sosial suatu keluarga.
1. Apa Itu Tongkonan Tertua?
Tongkonan dahulu merupakan sebuah istilah dari kata tongkon. Jika dalam bahasa Indonesia kata tersebut memiliki arti menduduki atau sebagai tempat duduk. Sebutan itu muncul karena sesungguhnya fungsi rumah ini sebagai tempat bertemu dan berkumpulnya para bangsawan serta raja-raja.
Seiring berkembangnya jaman, rumah adat yang dulu awalnya hanya digunakan sebagai balai pertemuan kini menjadi rumah adat bernilai sejarah. Seperti rumah adat tertua di Tana Toraja yang dikenal dengan sebutan ‘papa batu‘.
Papa batu merupakan gabungan dua kata antara papa dan batu. Dalam bahasa Toraja papa bermakna atap dan batu yang memiliki makna tetap batu. Maka jika disatukan kata tersebut berarti atap batu atau atap yang terbuat dari batu.
2. Berapa Usia Tongkonan Tertua?
Papa batu ini telah berusia lebih dari 700 tahun maka tak heran jika menyebutnya sebagai sebagai Tongkonan tertua. rumah tersebut dihuni oleh seorang nenek yang usianya sudah lebih dari 110 tahun, dan beliau merupakan generasi ke 10 yang menghuni tempat tersebut.
Sebelum memasuki tempat bersejarah ini wisatawan harus meminta ijin kepada nenek tersebut. Konon jika tidak maka pengunjung akan mengalami kesialan dan kejadian tak menyenangkan dan jika ingin semuanya hal buruk itu hilang obatnya yaitu meminta maaf kepada nenek tersebut.
3. Dimana Lokasi Tongkonan Tertua?
Tongkonan tertua ini terletak di Desa Banga‘, kabupaten Tana Toraja. Butuh waktu paling tidak delapan jam dari Kota Makassar menuju kabupaten Tana Toraja. Kondisi jalanan yang cukup bagus membuat wisatawan bisa mengakses perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat.
4. Atap Dari Batu
Keunikan rumah adat Toraja ini yaitu atapnya yang terbuat dari batu pahatan. Susunan batu tersebut berisikan seribu keping dan beratnya mencapai 10 ton. Meskipun terdengar sepele, batu yang dipahat tersebut diukur dengan jari dengan ukuran 5×3.
5. Diikat Dengan Tali dan Tiang Dari Kayu
Tiang Tongkonan tertua terbuat dari kayu yang terdiri dari 55 kayu penyangga. Selain itu, sebagai pengikatnya, mereka menggunakan tali dengan simpul mati yang kuat. Meskipun dari kayu rumah tersebut berdiri sangat kuat, terbukti sejak berdirinya rumah hingga saat ini, hanya dua kali renovasi yaitu ketika gempa bumi dan rotan putus.
Itulah beberapa informasi tentang Tongkonan, rumah adat Suku Toraja. Tak ada salahnya mengunjungi warisan leluhur tersebut sebab tak hanya bisa menambah ilmu pengetahuan baru namun juga menambah rasa cinta akan kebudayaan bangsa Indonesia.