Harga Tiket: -, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Kel. Gurabunga, Kec. Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara; Map: Cek Lokasi |
Indonesia yang kaya akan budaya memiliki banyak sekali adat istiadat yang dijunjung tinggi pada berbagai daerah. Bahkan deretan kampung adat masih bisa ditemukan dengan mudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dimana kehidupan dan budaya masyarakat yang masih kental akan adat istiadat seperti ini menjadi atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan.
Di Provinsi Maluku Utara misalnya, terdapat sebuah kampung adat tua yang menarik untuk dikunjungi. Kampung Tua Gurabunga namanya, yang berada di kaki Gunung Kie Matubu, Kelurahan Gurabunga, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan. Dikabarkan bahwa daerah tersebut bahkan menyimpan peninggalan megalitik, yang juga tersebar di pemukiman kuno di Halmahera dan Moti.
Sejarah Kampung Tua Gurabunga
Masyarakat yang hidup di kampung ini dulunya hidup terpisah pisah antara satu marga dan marga lainnya, sebelum mereka akhirnya menjadi satu tinggal di Kampung Gurabunga. Jadi dulu setiap marga tersebut masing masing hidup di atas tanah milik marganya sendiri. Atau menurut bahasa Tidore disebut dengan nama Hale Eto Se Daera, yang berarti tanah dan wilayah milik marga sendiri.
Dengan wilayah yang dipimpin oleh Sowohi (penyebutan untuk ketua marga). Adapun beberapa marga yang mendiami Kampung Gurabunga antara lain marga Mahifa di wilayah Buku Fululu (Bukit Bulat), marga folasohi di wilayah Fola Gosora (Rumah Pala), marga toduho di wilayah Lego Mabuku (Tepi Bukit), dan marga Tosofu di wilayah Gurua (Danau).
Marga Tosofu yang mendiami wilayah Gurua sendiri terbagi menjadi marga Tosofu Malamo (besar) dan marga Tosofu Makene (kecil). Kelima marga tersebut kemudian berkumpul pada tahun 1950, dan sepakat untuk menjadi satu dalam sebuah kampung. Yang mana kampung ini awalnya diberi nama Gamsung atau Kampung Baru dan menjadi anak dusun dari Desa Gamtufkange. Barulah pada tahun 1965 kemudian diganti namanya menjadi Gurua Banga.
Berikutnya Kampung ini menjadi desa otonom di tahun 1967, dan Bupati Ahmad Malawat mengganti namanya menjadi Gurabunga pada tahun 1981. Perlu diketahui bahwa kelima marga yang tinggal di Gurabunga adalah 5 dari 9 marga inti di Kesultanan Tidore. Sementara 4 marga sisanya yaitu Tunjala, Kalaodi, Fahiloku, dan Togobu tinggal di bawah.
Setiap marga tersebut memiliki tugas masing masing. Untuk lima marga yang mendiami Gurabunga bertugas dalam menangani hal hal spiritual. Mereka adalah kelompok Bobato Hakekat, yaitu pemuka kesultanan. Sementara empat marga lainnya yang tinggal di pesisir adalah Bobato Syariat atau pemuka kesultanan yang bertugas menangani eksekutif atau tugas pemerintahan.
Daya Tarik yang Dimiliki Kampung Tua Gurabunga
1. Arti Gurabunga
Kata Gurabunga berasal dari kata Gurua Bunga, yang memang menjadi nama dari kampung ini sebelum Bupati Ahmad Malawat menggantinya menjadi Gurabunga. Arti dari Gurua sendiri yaitu danau, sementara Banga berarti hutan. Sehingga Gurua Banga dapat diartikan sebagai danau di dalam hutan.
Pemberian nama tersebut lantaran letak dari Kampung Tua ini yang berdekatan dengan sebuah danau di tengah tengah hutan. Karena kelurahan Gurabunga ada di kaki Gunung Kie Matubu yang ditumbuhi pepohonan subur, hingga kumpulan pohon dan berbagai tanaman yang ada membentuk hutan.
2. Rumah Adat Folajikosabari
Di Gurabunga, anda bisa menemukan sebuah rumah adat yang bernama Folajikosabari. Rumah adat ini terbentuk dari bambu dengan lantai tanah. Ketika diperhatikan dari jauh, rumah tampak seperti orang yang sedang bersila. Namun bukan itu saja yang membuat rumah adat tersebut menjadi unik.
Karena Folajikosabari begitu kental dengan nuansa Islam. Di dalamnya terdapat 5 buah ruangan yang sesuai dengan waktu ibadah sholat. Dan setiap bambunya memiliki 2 ikat yang melambangkan 2 kalimat syahadat. Adapun rumah adat Folajikosabari ini merupakan milik para sowohi yang usianya sudah ratusan tahun.
Sehingga rumah adat tersebut dikenal pula sebagai rumah puji, yang menghubungkan antara dunia roh para leluhur dengan pihak kesultanan. Hasil komunikasi antara para sowohi dengan roh para leluhur ini biasanya dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh Kesultanan Tidore.
3. Tempat Memulai Aktivitas Pendakian
Berada di kaki Gunung Kie Matubu, Kampung Tua Gurubunga dijadikan sebagai lokasi memulainya aktivitas pendakian gunung tersebut. Yang mana kampung adat ini berada pada ketinggian sekitar 860 meter di atas permukaan laut. Areanya begitu mempesona dan indah dengan udara yang sangat sejuk. Sehingga anda akan menikmati waktu yang berkesan saat berkunjung ke Gurubunga.
4. Menyimpan Peninggalan Megalitik
Berdasarkan penemuan para peneliti, peninggalan megalitik sempat ditemukan di wilayah Gurabunga. Peninggalan tersebut ditemukan di beberapa wilayah di Maluku Utara. Yaitu Halmahera, Moti, dan Tidore, yang termasuk Gurabunga. Meski memiliki keragaman bentuk dan fungsi, temuan temuan ini semuanya dilandasi oleh konsep pemujaan leluhur. Seperti altar batu, batu berlubang, batu dakon, dan lainnya.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi
Secara administratif, kampung adat Gurabunga ada di Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Atau lebih tepatnya kampung tua ini bisa ditemukan pada ketinggian 860 meter di atas permukaan laut di kaki Gunung Kie Matubu. Kampungnya sendiri berdekatan dengan sebuah danau yang terletak di tengah tengah hutan. Dulunya kawasan tersebut termasuk daerah kekuasaan Kesultanan Tidore.
Anda yang ada di luar daerah bisa menggunakan transportasi udara menuju Bandar Udara Sultan Babullah di Desa Tafure, Kota Ternate, terlebih dahulu. Jarak dari bandara ke Gurabunga sendiri kurang lebih 17,9 kilometer. Di sini anda bisa menyewa mobil atau menggunakan angkutan umum dari Terminal di Soasiu dengan tarif sekitar Rp. 10.000.
Karena Kampung Tua Garabunga merupakan desa adat, tidak ada patokan yang jelas mengenai jam operasional dan harga tiket masuknya. Anda bisa datang kapan saja selama tidak mengganggu penduduk sekitar. Untuk budget yang harus disiapkan mungkin untuk keperluan akomodasi dan kebutuhan pribadi lainnya.
Kegiatan yang Menarik di Kampung Tua Gurabunga
1. Melihat Festival Budaya Tidore
Sebagai kampung adat, festival budaya Tidore dilaksanakan beberapa kali di Gurabunga. Sowohi pun biasanya menanyakan ke leluhur mengenai sejarah dan budaya Tidore tersebut sebelum menyusun acara budaya. Sehingga anda akan melihat ‘magic island’ ketika datang ke sini pada saat festival berlangsung.
2. Bertamu ke Sowohi
Salah satu alasan kenapa banyak wisatawan datang ke Kampung Tua Gurabunga adalah ingin bertemu sowohi. Nyatanya bukan hanya lima marga di Tidore saja yang bertamu ke sowohi. Namun ada juga tamu dari luar Maluku Utara, bahkan turis asing, yang ingin bertemu sowohi. Kebanyakan dari mereka meminta restu para sowohi dan berharap didoakan.
Sebab ada kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat setempat. Apabila ada pejabat yang datang ke Gurubunga dan Gunung Kie Matubu kemudian terselimut oleh awan, maka ini dapat mengindikasikan bahwa permintaannya akan terkabul. Percaya tidak percaya, anda bisa tetap mengunjungi sowohi untuk menambah wawasan tentang Gurabunga atau Kesultanan Tidore.
3. Berburu Foto
Berada di kaki Gunung Kie Matubu membuat kampung adat Gurubunga pun memiliki udara yang begitu sejuk dengan pemandangan indah. Bahkan sesampainya di lokasi anda akan menjumpai warna warni bunga nan cantik. Sehingga tidak boleh melewatkan kesempatan untuk berburu foto selama berada di kampung ini.
Tertarik berkunjung ke kampung adat Gurubunga? Destinasi ini bisa menjadi tujuan wisata yang unik dan berbeda. Apalagi selain berwisata menghilangkan penat, anda juga bisa sekaligus meningkatkan wawasan mengenai kekayaan budaya Indonesia. Yuk, segera atur liburan berikutnya ke sini.