Harga Tiket: Rp 15.000, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Paepalean, Kec. Sanggalangi, Kab. Toraja Utara, Sulawesi Selatan; Map: Cek Lokasi |
Dikenal sebagai desa yang menyimpan berbagai cerita bersejarah, Desa Kete Kesu seringkali menjadi tempat wisata favorit di Toraja. Kepopuleran yang disandangnya, tidak jauh dari penawaran panorama indah yang begitu menawan. Masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi adat istiadatnya, seakan menjadi alasan pelengkap Anda harus mengujunginya. Agar rasa penasaran berkurang, simak ulasan berikut.
Keunikan Si Kete Kesu
Adat serta kehidupan tradisionalnya yang masih terasa kental, mengharuskan para tamu untuk mematuhi segala peraturan dan larangan yang telah ditetapkan. Semakin menarik untuk dikunjungi, desa ini menyimpan berbagai peninggalan purbakala. Peninggalan tersebut berupa kuburan batu, yang ditafsirkan telah berumur ratusan tahun. Dengan adanya peninggalan tersebut, bisa menjadi bukti kehidupan sebelumnya di kawasan tersebut.
Adanya peninggalan sejarah, menjadikannya masuk dalam daftar cagar budaya yang perlu dilestarikan. Selain memikat wisatawan dengan temuan peninggalannya, desa ini dikenal sebagai penghasil kerajinan pahat hingga lukis yang telah diakui dunia. Hasil karyanya yang begitu menawan, berhasil memikat hati para wisata asing untuk membelinya. Apabila tertarik untuk membeli salah satu karyanya, silahkan membawa budget lebih.
Sepanjang mata memandang, terdapat rumah adat yang disebut Tongkonan berjejer rapi hampir di setiap jalanan yang ditelusuri. Dibuat tanpa menggunakan material paku sedikitpun, rumah adat ini dibangun dengan menumpuk kayunya dengan sedemikian rupa. Jika dilihat sepintas memang serupa dengan rumah panggung yang ada di daerah lainnya, namun ada beberapa perbedaan yang membuatnya terlihat unik nan berbeda.
Umumnya hunian hanya akan digunakan sebagai tempat beristirahat para pemiliknya, namun kondisi ini tidak berlaku bagi Tongkonan. Kolong rumahnya yang masih luas, dimanfaatkan sebagai kandang ternak kesayangannya. Bahkan bagian rumahnya pun dibagi menjadi beberapa bagian, dimana salah satu bagiannya digunakan sebagai tempat penyimpanan jenazah dari kerabatnya yang belum bisa dikuburkan.
Ciri khas lainnya dari Tongkonan, yaitu pintu rumahnya yang dibuka ke arah atas. Selain pintunya yang unik, atapnya pun tidak kalah menarik untuk diperhatikan. Bentuknya yang seperti perahu terkelungkup, ternyata hanya dibuat dari buritan yang dilapisi dengan ijuk hitam. Bentuk atapnya yang menarik, tatkala mengibaratkannya seperti tanduk kerbau. Setiap Tongkonan yang dibangun harus menghadap utara, lantaran kepercayaan masyarakatnya.
Masyarakat Toraja percaya bahwa para leluhurnya berasal dari utara, sehingga rumah adatnya pun dibangun menghadap ke arah tersebut. Bahkan mereka meyakini jika, setiap orang yang telah meninggal akan berkumpul kembali dengan arwah leluhur yang berada di utara. Kepercayaan tersebut telah dipegangnya sejak beberapat tahun silam, dan hingga kini masih dijaga dengan baik.
Selain rumah adatnya yang menarik, disini pengunjung bisa melihat beberapa makam kuno yang membuat bulu kuduk merinding. Perasaan menyeramkan tersebut semakin terasa, usai mengetahui cerita mistisnya. Bahkan tak jarang para wisatawan yang beruntung, bisa menyaksikan langsung beberapa upacara adatnya. Apabila tertarik melihatnya dengan mata kepala sendiri, dianjurkan untuk datang pada bulan Juni hingga bulan Desember.
Cari berbagai upacara yang dilakukan, ada beberapa upacara adat yang begitu populer didengar seperti upacara Rambu Solo dan Rambu Tuka. Rambu Solo merupakan upacara pemakaman, yang akan digelar secara besar besaran nan meriah. Pelaksanaannya pun dapat berlangsung hingga 7 hari lamanya, sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada para jenazah yang akan dikuburkan. Sedangkan Rambu Toka, hanya dilaksanakan ketika ingin memasuki rumah baru.
Rumah adatnya beserta makam kunonya yang sudah berumur, masih berdiri kokoh meski usianya yang mencapai ratusan tahun. Berbagai peninggalan tersebut tidak hanya diakui oleh masyatakat tanah air, pihak UNESCO mengakui keberadaannya sebagai cagar budaya warisan dunia. Penobatan yang diterima, menandakan masyarakat turut serta dalam peran dan tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan tersebut.
Hukum Adat Apabila Melangganr Peratura
Seperti yang disebutkan sebelumnya jika, adat istiadat desa satu ini masih terasa kental. Sehingga para pendatang tidak boleh sembarangan, ketika hendak mengunjungi daerah mereka tersebut. Namun apa jadinya bila seseorang bertindak nekat dengan melanggar aturan yang dibuat ? Silahkan bersiap siap untuk mendapatkan masalah besar, yang akan dikenang seumur hidup.
Pasalnya penyelesaian masalah tidak hanya berurusan dengan pihak yang berwajib saja, namun Anda juga mendapatkan peringatan adat yang dilakukan langsung oleh tokoh masyarakat. hukuman yang akan diberikan cukup bervariasi, tergantung dari kegilaan yang dilakukan oleh pelakunya. Tidak tanggung tanggung, hukum yang diberikan dapat berupa dimintanya persembahan hewan sembelih ataupun melakukan pelayanan adat serta penahanan.
Menghindari hal yang tidak diinginkan, ada baiknya sempatkan diri untuk mencari segala informasi terkait destinasi wisata yang akan dikunjungi. Bukankah tidak menyenangkan jika, momen utnjk membahagiakan diri harus berujung petaka yang tidak diinginkan. Mengekspresikan kebahagiaan memang diperbolehkan, namun ada baiknya tidak dilakukan secara berlebihan hingga melanggar aturan yang telah ditetapkan disana.
Tips Saat Mengunjungi Tempat Wisata Tersebut
Selagi menikmati berbagai objek wisata, para pengunjung dianjurkan membawa perbekalan untuk memenuhi kebutuhan harian. Minimnya ditemukan tempat makan, mengharuskan para tamu menyiapkan segala kebutuhan seperti makan dan minumnya sendiri. Bahkan penginapan untuk beristirahat pun tidak akan ditemukan di sekitar daerah tersebut, terkecuali jika mencarinya di daerah lainnya.
Ada kemungkinan menemukan penginapan, ketika melanjutkan perjalanan sekitar 5 km. Tidak perlu berekspektasi tinggi, lantaran fasilitas yang disediakan cukup minim. Namun setidaknya pengunjung bisa beristirahat dengan nyaman, sebelum mengunjungi objek wisata lainnya. Bahkan disini para tamu bisa menemukan beberapa kios, yang menjajakan berbagai souvenir unik khas Toraja, Sulawesi Selatan.
Transportasi Beserta Biaya Tiket Masuk
Apabila melakukan perjalanan dari kota Rantepao, Anda hanya perlu melanjutkan perjalanan sekitar 5 km lagi. Jika berangkat dari kota Makale, Anda hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 14 km menuju desa Kete Kesu.
Cukup mudah apabila ingin menemukannya, lantaran letaknya yang berdekatan dengan kota Rantepao yang dikenal sebagai kota berbasis pariwisata. Bahkan letaknya yang hampir berdekatan dengan pusat kota, pengunjungnya bisa menggapainya menggunakan transportasi darat atau bahkan berjalan kaki santai. Apabila menemui kesulitan, silahkan menggunakan aplikasi penunjuk jalan untuk membantu menemukan lokasi lebih akurat.
Sesampainya di lokasi wisata, wisatawan domestik hanya ditarik tiket masuk sekitar Rp. 5 ribu saja. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, hanya perlu membayar sekitar Rp. 10 ribuan saja. Begitu ramah dikantong, tidak mengherankan bila desa ini bisa menjadi destinasi wisata alternatif yang bisa dikunjungi menjelang liburan sekolah. Selain harganya yang sangat terjangkau, pengunjung akan mendapatkan ilmu terkait sejarah desa tersebut.
Terkenal dengan adat istiadatnya yang masih kental, para wisatawan haruslah mematuhi segala peraturan beserta larangan dari masyarakat sekitar. Yang membuatnya semakin menarik untuk dikunjungi, lantaran desa satu ini menyimpan peninggalan sejarah yang cukup unik untuk diulas. Selagi berkunjung untuk menyegarkan pikiran, pengunjung pun bisa menambah wawasan terkait sejarah.