Kekayaan dan budaya yang dimiliki Indonesia memang begitu kaya dan beraneka ragam bentuknya. Salah satu provinsi yang juga memiliki kebudayaan kaya adalah Kalimantan Tengah. Di huni oleh suku Dayak membuat kebudayaannya banyak dipengaruhi oleh suku yang besar ini. Hal ini terbukti dengan pakaian adat yang dimilikinya. Pakaian adat dari Kalimantan Tengah ini kerap digunakan untuk upacara adat hingga pernikahan. Simak ulasan 4 pakaian adat berikut.
1. Baju Berantai
Baju Berantai merupakan baju dari Dayak Ngaju yang menurut penelitian merupakan pakaian untuk zirah. Terbuat dari besi menunjukkan jika baju ini digunakan untuk aktivitas seperti perang. Besi bersi tersebut dalam bentuk potongan yang kemudian dirangkai hingga menjadi baju. Baju ini diperkirakan menjadi pakaian yang telah dipengaruhi oleh budaya dari luar. Dalam hal ini yang paling diutamakan adalah pengaruh budaya dari suku Moro Filiphina.
Seiring dengan berjalannya waktu, baju satu ini juga mengalami modifikasi. Meskipun dimodifikasi namun masih tetap tidak menghilangkan identitas asli dari baju tersebut. megingat baju berantai ini digunakan untuk perang, maka sarat dengan nilai histori yang tinggi. Saat ini baju adat ini memang tidak lagi digunakan, dan lebih banyak untuk disimpan sebagai warisan budaya dari suku Dayak. Mengingat sejarah dari baju berantai sangat bernilai.
2. Baju Tenunan
Kekayaan budaya di Kalimantan Tengah memang tidak hanya dipengaruhi oleh suku Dayak. Meskipun memang suku ini paling mayoritas mendiami wilayah Kalimantan. Masih ada suku lain yang juga memberikan pengaruhnya seperti suku Mandar atau suku Melayu. Hal ini pulalah yang menjadikan masyarakat Dayak di Kalsel mengenal seni menenun. Terutama pada zaman dahulu, saat mereka masih belajar menenun dengan menggunakan bahan bahan alami.
Dari seni menenun inilah menghasilkan baju baju tradisional. Umumnya mereka menggunakan serat nyamu, serat nanas dan lainnya untuk diubah menjadi busana. Busana hasil tenunan tersebut dibuat dengan menambahkan motif motif khusus yang membuatnya semakin indah. Umumnya lebih banyak menggunakan motif alam,flora dan fauna hingga motif bentuk bentuk yang sederhana seperti segitiga sebagi motifnya.
Selain mengenal seni menenun, pada zaman dahulu juga mengenal seni menganyam. Anyaman ini juga diubah hingga menjadi baju baju tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada masa itu. Baju anyaman terbuat dari anyaman tikar dan dihiasi dengan bahan bahan dari alam. Seperti misalnya ukiran kerang, tulang dan juga tulang. Sama dengan Baju Berantai, baju anyaman tikar juga digunakan saat berperag.
3. Baju Sangkarut
Baju Sangkarut ini menjadi pakaian tradisional yang lebih banyak dikenal secara nasional. Mengingat baju Sangkarut memang telah diresmikan untuk menjadi pakaian adat dari Kalimantan Tengah. Baju satu ini merupakan baju yang dipakai oleh masyarakat Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju sendiri merupakan suku yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah dan bisa dikatakan mendominasi. Jumlahnya sekitar 47% untuk suku Dayak Ngaju sendiri.
Kemudian untuk sisa penduduk lainnya merupakan suku Banjar dan juga suku suku lain yang datang dari luar Kalimantan Tengah. Pada ratusan tahun yang lalu, suku Dayak membuat pakaian dengan menggunakan bahan dasar berupa kulit kayu. Kulit kayu ini juga dikenal dengan kulit nyamu yang merupakan kulit pohon yang jeras. Sebelum dijadikan pakaian maka kulit kayu akan ditempa hingga berubah menjadi lemas dan mirip kain.
Desain busananya juga sangatlah sederhana karena memang hanya digunakan untuk bisa menutupi badan. Pakaian ini didesain menjadi rompi yang digunakan untuk perempuan maupun laki tanpa adanya hiasan apapun. Dalam bahasa Dayak Ngaju rompi yang sederhana ini disebut dengan sangkarut. Kemudian untuk bagian celananya berupa cawat dengan bagian depan ditutup oleh lembaran kain nyamu persegi panjang yang dinamakan Ewah.
Pakaian tradisional ini menggunakan warna alami dari kau yakni coklat muda. Awalnya memang pakaian ini tidak menggunakan motif apapun dan polos saja. Hingga akhirnya dalam perkembangannya, masyarakat Dayak Ngaju pada saat itu mempercantik pakaian tradisional mereka. Hingga akhirnya kaum laki laki menambahkan aksesoris berupa ikat kepala yang disebut salutup hatue dan salutup bawi bagi para perempuan.
Tak hanya ikat kepala, ada juga aksesoris berupa suwang atau anting, gelang, kalung dan juga rajah atau tato pada bagian tubuh yang tertentu. Aksesoris tersebut juga menggunakan bahan alam seperti biji bijian, kulit kerang, hingga gigi serta taring binatang. Bahan bahan alam ini kemudian dirubah menjadi kalung dan gelang. Semakin berkembang, mereka juga turut membubuhkan corak dan juga warna sehingga membuat pakaian adatnya semakin indah.
Warna warna ini juga didapatkan dari alam serta diolah dengan kreatif. Seperti warna putih yang didapatkan dari tanah putih, kemudian warna merah dari buah rotan serta warna kuning dari kunyit. Pengambaran corak juga diinspirasi dari alam yang ada di sekitar mulai dari tumbuhan, harimau akar, hingga burung. Motif yang diberikan juga tidak lepas dari kepercayaan masyarakat dengan makna makna simbolik yang juga dibubuhkan.
Pakaian adat ini biasa digunakan untuk upacara perkawinan, upacara adat hingga digunakan untuk berperang. Karena pakaian tradisional ini dianggap memiliki kekuatan magis yang mampu melindungai pemakainya dari segala kekuatan roh jahat. Hal ini tentunya berkaitan dengan kepercayaan masyarakat pada saat itu. Corak yang diberikan juga dibedakan antara laki laki dan perempuan, untuk pemuka kelompok, kepala suku dan lainnya juga dibedakan coraknya.
Salah satu corak yang sangat berarti dalam suku Dayak Ngaju adalah corak batang garing. Yang menyimbolkan pohon kehidupan, sehingga pakain dengan corak tersebut hanya digunakan saat tertentu yang dianggap sangat penting. Keberadaan pakaian adat ini saat ini sudah terbilang langka. Mengingat masyarakat saat ini sudah mengenal tekstil sebagai pakaian mereka. Namun masih ada beberapa yang menjaganya hingga saat ini.
4. Baju Pawang
Baju Pawang merupakan pakaian yang digunakan hanya untuk ulama maupun dukun. Terutama dalam perayaan Kaharingan untuk memanjatkan doa doa. Dimana di dalam kepercayaan suku Dayak, dukun merupakan orang yang diyakini bisa membantu untuk melindungi diri dari roh jahat, menyembuhkan penyakit hingga bisa membantu mendatangkan hujan. Pakaian pawang sendiri terbuat dari serat kayu dengan hiasan dari manik manik atau umbaian.
Seiring dengan perkembangan zaman, tak jarang baju pawang juga akan ditampilkan saat membawakan tari tarian. Keindahannya baju ini begitu menawan dengan hadirnya maning manik serta rumbai benang yang membuatnya semakin indah. Jangan lupakan motif khas Kalimantan Selatan yang juga turut menghiasi baju pawang ini. Saat ini mungkin masih bisa ditemui pakaian tradisional ini.
Pakaian adat di Kalimantan Tengah bisa dikatakan mendekati kepunahan. Hanya baju baju tertentu yang masih ada hingga kini. Itupun juga digunakan dalam acara acara penting, sebagai upaya untuk menjaganya. Padahal baju adat ini begitu cantik dan menjadi kekayaan bangsa yang harus dilindungi keberadaannya. Masyarakat juga masih menjaga kelestariannya agar pakaian adat yang unik ini tetap ada.