Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk sekitar 4 juta jiwa. Dengan suku Banjar yang menjadi mayoritas penduduk di Kalimantan Selatan dengan jumlah 74% dari total keseluruhan penduduk. Menjadikan kebudayaan Banjar sebagai ikon utama yang dikenalkan oleh Kalimantan Selatan.
Terbukti dengan beberapa kebudayaan yang mendapatkan sentuhan suku Banjar yang juga terlihat pada pakaian adatnya. Berikut nama dan penjelasan pakaian adat khas Kalimantan Selatan yang perlu Anda ketahui.
1. Pakaian Adat Babaju Kun Galung Pacinan
Pakaian adat yang seringkali dikenakan oleh pengantin ini merupakan perpaduan antara budaya Timur Tengah dan juga China. Perpaduan yang unik inilah yang membuat pakaian adat ini nampak mempesona. Pakaian khas pengantin ini dipopulerkan sekitar abad ke 19 silam. Memiliki beberapa warna yang unik ditambahkan dengan detail yang menawan membuat pakaian adat ini begitu berbeda dari baju dan memiliki kesan yang indah.
Perpaduan dua budaya ini memang terlihat begitu jelas hanya dari melihatnya saja. Dimana mempelai pria akan menggunakan kopiah alpe dengan baju gamis, dan juga jubah yang mirip dengan pedagang Gujarad ketika membawa Islam ke Indonesia. Kopi alpe ini juga akan dilitkan surban atau juga bisa menggunaan tanjak laksamana. Pengantin pria juga akan menggunakan roncean buang melati pada bagian lehernya.
Untuk alasanya menggunakan alas kaki berupa selop. Sementara untuk mempelai perempuan menggunakan kebaya berlengan panjang gaya cheong sam. Kebaya ini juga dilengkapi dengan jahitan indah dan juga payet yang sengaja menggunakan benang emas. Payet payet ini akan membentuk bentuk bunga teratai. Untuk cara memakainya bisa dipadukan dengan rok panjang yang juga berhiaskan manik manik.
Bukan hanya manik manik untuk memperindah juga diulam dengan motif yang berkaitan dengan tirai bambu. Pada bagian kepala untuk pengantin perempuan menggunakan mahkota yang indah. Berhiaskan permata berkilau dengan kembang goyang dan juga tusuk konde. Tusuk kondenya berbentuk huruf Arab yaitu hurf Lam serta burung Hong yang akan membuat pengantin perempuannya bisa tampil dengan sangat anggun.
2. Pakaian Adat Bagajah Gamuling Baular Lulut
Memiliki nama yang unik, pakaian adat ini juga biasa digunakan untuk pernikahan. Meskipun digunakan untuk kedua mempelai namun keduanya memiliki model yang tidak sama. Laki laki biasanya tidak menggunakan baju namun juga bisa mengenakan lengan pendek. Yang dihiasi dengan manik manik yang membuat bajunya berkilau dan memberikan kesan mewah. Baju ini juga tidak disematkan kerah dan bisa dipadukan dengan celana panjang.
Sebagai tambahan aksesoris bisa menggunakan kalung samban, kain yang motifnya kelapang, ikat pinggang dan juga penutup kepala. Penutup kepala ini umumnya berbentuk melingkar seperti ular lidi dan berfungsi sebagai mahkota. Sementara untuk mempelai perempuan menggunakan kemben dan untuk menutup bagian dada bisa ditambahkan selendang. Jangan lupakan juga ikat pinggang dan hiasan kepala berupa konde.
Kondenya akan dihiasi dengan mahkota, kuncup bunga melati dan kembang goyang. Bagian bawahan perempuan meggunakan kain panjang yang motifnya halilipan untuk rok. Bagajah Gamuling Baular Lilit ini merupakan pakaian untuk pengantin yang banyak dipenuhi dnegan bunga melati dan mawar. Sehingga tidak hanya memberikan kesan yang cantik, namun juga nampak segar dengan bunga hidup yang disematkan ini.
3. Pakaian Adat Banjar Baamur Galung Pancaran Matahari
Pakaian satu ini bisa dikatakan sebagai pakaian adat yang juga dikenakan saat pernikahan. Yang membuatnya unik, baju tradisional ini sudah dikenalkan sejak abad ke 17 silam. Namun hingga kini busana adat ini begitu populer di kalangan masyarakat Banjar. Untuk budaya yang diangkat pada baju ini adalah perpaduan andara Budaya Hindu dan juga Budaya Jawa yang membuatnya begitu menawan. Mengingat makna namanya bersinar seperti mentari.
Baju ini sangat cocok untuk pengantin yang ingin tampil gemerlap dalam pesta pernikahannya nanti. Karena menggabungkan dua budaya yang berbeda, bisa dilihat jika pakaian ini banyak menggunakan melati dan juga mawar. Hal ini merupakan budaya Jawa yang memberikan kesan cantik. Hadirnya kedua bunga dalam bentuk rangkaian ini juga bisa membuka aura pengantin untuk lebih memancar lagi seperti nama busananya.
Untuk budaya Hindu bisa dilihat pada dekorasi mahkota yang digunakan serta kain yang memiliki motif naga dan kelabang. Masyarakat Banjar menyebut motif ini dengan naa Halilipan. Pengantin perempuan akan memakai baju poko yang berlengan pendek dengan hiasan manik manik dibentuk rumbai. Terdapat juga kida yang berfungsi sebagai penutup dada pada pengantin perempuan dengan bentuk segi lima.
Pada pengantin pria, menggunakan kemeja yang berlengan panjang dan ada kerenda di bagian dadanya. Untuk membuatnya semakin menawan bisa dipadukan dengan jas yang tidak memiliki kancing dan juga celana panjang. Terdapat juga motif halilipan pada kain yang bisa dikenakan pada bagian pinggang. Tali pinggang yang dikenakan oleh mempelai pria adalah teli wenang.
4. Pakaian Adat Banjar Baamar Galung Modifikasi
Perkembangan pakaian adat yang dikenakan saat upacara pernikahan di Banjar memang tetap mengalami perkembangan. Terbukti dengan hadirnya baju pengantin satu ini yakni Banjar Baamar Galung Modifikasi. Tentunya pengembangan ini bertujuan untuk membuat baju adat ini terus mengikuti tren dan mode yang berkembang. Apalagi Baamar Galung ini menjadi pakaian yang paling banyak digemari hingga saat ini.
Terutama ketika akan meminta restu kepada sanak famili, baju adat inilah yang akan dipilih. Hingga saat ini para masyarakat Banjar bisa memilih yang sebelumnya atau yang sudah dimodifikasi. Meskipun dimodifikasi tidak meninggalkan aturan baku serta keindahan alami dari adat yang berlaku. Baju ini juga kerap dikenal sebagai baju adat pengantin Babaju Kubaya Panjang. Dimana untuk laki laki masih mengenakan pakaian yang sama dengan galung pancar matahari.
Sementara untuk perempuan yang sebelumnya menggunakan baju poko, maka diganti dengan kebaya panjang. Namun hal ini disesuaikan si pemakai jika ingin memunculkan nuansa Islami. Tak jarang banyak juga yang memakai jilbab dengan mahkota atau amar untuk tetap mempercantik. Karena memang tujuan baju adat ini bisa digunakan di era modern dan bisa mengikuti perkembangan zaman yang ada saat ini.
Meskipun sudah dimodifikasi, namun tetap tidak meninggalkan aksesoris berupa roncean bunga mawar dan melati. Karena perlu diingat jika hampir semua pakaian adat yang ada di Kalimantan Selatan memang menggunakan roncean bunga ini. Selain untuk mempercantik, hadirnya rocean ini juga bisa menjadi ciri khas. Saat ini keberadaan baju adat satu ini tetap populer dan banyak digunakan oleh pasangan yang menikah dengan nuansa Banjar.
Perkembangan zaman memang menjadi salah satu faktor yang bisa mengilas kebudayaan. Namun ternyata hal ini tidak terlalu berlaku untuk pakaian adat dari Kalimantan Selatan. Untuk menghadapi zaman yang berubah, masyarakat justru memodifikasinya dengan tidak meninggalkan unsur budaya aslinya. Hal ini tentunya patut untuk menjadi apresiasi sebagai cara untuk menjaga kebudayaan agar tidak punah.