Harga Tiket: -, Jam Operasional: 07.00-16.00 WITA, Alamat: Botto, Kec. Lalabata, Kab. Soppeng, Sulawesi Selatan; Map: Cek Lokasi |
Di masa penjajahan Belanda, banyak kemajuan hingga pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Salah satunya di Soppeng yang termasuk dalam wilayah di Sulawesi Selatan yang memiliki banyak destinasi wisata menarik. Saat berkunjung ke kabupaten ini, Anda wajib ke salah satu museum yang dibangun sejak zaman penjajahan dengan arsitektur khas negeri Bunga Tulip itu. Banyak keunikan yang disimpan oleh bangunan satu ini, yuk intip ulasannya!
Museum Villa Yuliana Dirancang oleh Arsitek Asal Belanda

Bangunan pada zaman Belanda ini telah mengalami proses akulturasi yang dipadu dengan budaya Bugis hingga menghasilkan bangunan sangat indah. Akan tetapi, dilansir dari buku yang berjudul “Orang Soppeng Orang Beradab: Sejarah, Silsilah Raja Raja, Objek Wisata” justru mengulik fakta unik lainnya. Bangunan berwarna putih dan hijau ini dirancang oleh arsitek asal Belanda, tidak heran hingga saat ini masih berdiri kokoh dan tidak pernah berubah.
Terkait waktu pembangunan gedung, banyak asumsi yang hadir sehingga belum ada waktu pastinya. Menurut buku sebelumnya disebutkan bahwa sejak tahun 1900 hingga 1905 jadi rentang waktu pembangunannya. Akan tetapi, menurut sumber yang berbeda waktu yang dipakai membangun Villa ini pada 1906. Waktu tersebut tepat pada saat pemerintahan C.A.K Kroesen yang mendatangkan arsitek tersebut ke Indonesia khusus untuk proyek ini.
Terasa lebih masuk akal karena perancang gedung tersebut didatangkan melalui koneksi yang dimiliki C.A.K Kroesen. Kroesen saat itu menjawab sebagai Gubernur Sulawesi, sehingga memiliki kekuasaan untuk membangun tempat baru. Uniknya, gedung tersebut jadi salah satu bangunan yang berdiri megah dan dihiasi interior serta eksterior yang cantik. Alasan di balik pembangunannya pun cukup menarik, meskipun belum terlaksana.
Paduan Gaya Neo Klasik dan Rumah Khas Bugis

Mendatangkan perancang bangunan dari Negeri Bunga Tulip, tentu konsep yang dibawa tidak jauh dari Neo Klasik. Itulah sebabnya bangunan ini sangat berciri khas dan sangat melambangkan gedung khas Belanda. Akan tetapi, mengingat cuaca dan iklim di Indonesia maka harus dipadukan dengan rumah khas Bugis. Oleh sebab itu, beberapa elemen yang dipakai harus disesuaikan dengan bahan yang ada di Indonesia, seperti bambu dan papan kayu.
Kedua bahan tersebut dipakai untuk beberapa bagian, seperti atap, sirap, teras, tiang, dan lantai. Tidak heran, bangunan ini tahan dengan cuaca dan iklim yang ada di Indonesia. Anda dapat melihat peninggalan tersebut hingga saat ini dengan kondisi rumah yang masih sangat baik. Bahkan karena dijaga dengan baik, tidak ada sudut bangunan yang berubah atau rusak. Pembangunan yang masih tradisional ini cukup tahan lama dimakan usia ratusan tahun.
Bentuk bangunan ini mengusung konsep asimetris yang jadi lawan kata dari simetris. Makna dari bangunan simetris menampilkan bangunan formal, berwibawa, dan melambangkan suatu keadilan. Akan tetapi, bangunan ini lebih cenderung ke fungsi peristirahatan sehingga bersifat rekreatif. Tidak heran, bentuknya dibuat asimetris yang melambangkan suatu makna tidak formal dan tidak berwibawa meskipun kepemilikan di bawah Belanda.
Sejarah Pemberian Nama Villa Yuliana

Rumah ini dikenal sebagai Villa Yuliana, meskipun masyarakat lokal menyebutnya Mess Tinggia. Pada awalnya, rumah ini dibangun untuk menyambut datangnya Putri Yuliana dari Belanda. Akan tetapi, sang putri tidak jadi datang karena kondisi di beberapa kota Indonesia kurang kondusif atau aman. Oleh sebab itu, putri tidak bisa hadir di Sulawesi Selatan karena dikhawatirkan akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Pandangan yang lain menyatakan bahwa rumah tersebut dibangun sebagai simbol kelahiran Putri Yuliana. Simbol ini jadi hadiah yang diberikan kepada putri kecil dari Ratu Wilhelmina. Selain itu, rumah yang mengusung rumah adat Bugis ini juga dijadikan sebagai penyerahan Kerajaan Soppeng pada Belanda. Hal tersebut dikarenakan lahan tersebut sebelumnya pernah dipakai sebagai rumah kediaman kontrolir Soppeng pada saat pemerintahan Hindia Belanda.
Villa Yuliana Memiliki Kembaran

Tahukah Anda alasan datangnya arsitek dari Belanda khusus untuk membangun rumah di Soppeng? Alasan tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa sumber yang mengatakan bahwa rumah ini memiliki kembaran di negeri asalnya. Kembar dari segi konsep dan warna yang dipakai, sehingga tampilannya pun secara sekilas sulit dibedakan. Akan tetapi, konsep utamanya diubah karena di Belanda dibuat berupa Istana, sedangkan di sini bentuk villa atau rumah.
Pembuatannya yang dibuat mirip dengan di negeri asalnya ini tentu bukan tanpa alasan. Eropa dan Indonesia memiliki iklim serta cuaca yang berbeda jauh, sehingga orang orang dari negeri empat musim itu harus beradaptasi saat tinggal di sini. Oleh sebab itu, konsep bangunan dibuat sangat mirip agar para penghuninya merasa nyaman dan seperti di rumah sendiri. Hal ini mendukung proses adaptasi yang memakan waktu cukup lama bagi sebagian orang.
Menjelma Menjadi Museum

Fungsi utama dibangunnya rumah atau villa ini untuk puteri Yuliana yang akan ke Indonesia tepatnya Soppeng. Akan tetapi, hampir seabad bangunan ini menunggu hadirnya sang putri yang tidak kunjung datang. Penantiannya seakan sia sia, akhirnya rumah tersebut dialihkan fungsi menjadi bangunan museum yang menyimpan benda benda prasejarah dan foto foto pada masa silam. Anda dapat melihatnya dengan seakan akan dibawa ke mesin waktu yang panjang.
Para pengunjung dapat menikmati eksotisnya bangunan beserta isinya yang menyimpan kenangan tersendiri. Bukti prasejarah pun tampak sangat jelas, seperti fosil hewan pada masa lampau, fosil manusia purba, artefak, dan foto foto zaman lampau. Untuk fosil hewan, Anda bisa menemui fosil gading gajah, tengkorak dan taring babi rusa raksasa, kerbau hutan, dan tulang kerangka. Fosil fosil ini jadi peninggalan yang bisa memberikan Anda edukasi lebih.
Berfungsi sebagai tempat pembelajaran karena juga terdapat fosil manusia purba dalam ukuran yang sangat besar. Anda dapat menjumpai homo erectus yang berasal dari Jawa Tengah. Untuk manusia purba Homo Floresiensis yang berusia 18 ribu tahun lalu juga bisa Anda lihat. Artefak yang tersimpan di dalam Museum Latemmamala ini, antara lain kapak genggam, choppers made, batu inti, dan pahat batu yang sulit ditemukan di tempat lain.
Selain fosil dan artefak, Anda juga bisa melihat Soppeng di masa silam lengkap dengan foto foto zaman dulu. Terdapat foto jembatan Gantung Macanre yang sangat ikonik di masa itu. Foto kepala pemerintahan di masa silam pun bisa Anda jumpai, yaitu foto Amin Dg Situru. Tidak hanya itu, falsafah hidup masyarakat Soppeng juga bisa dilihat melalui potret lama di museum ini yaitu Dingiri Temmatipa yang memberikan pandangan hidup baru.
Berwisata Sembari Mencari Jodoh

Bangunan pada masa penjajahan ini telah bertransformasi menjadi destinasi wisata yang menarik dikunjungi. Tidak heran, sekarang jumlah pengunjungnya cukup banyak karena juga dikemas dengan area sekitar yang menawan. Tidak hanya dengan adanya taman kota, tetapi juga pemandangan alam dari ketinggian yang ciamik. Anda bisa melihat kabupaten Soppeng dari atas bukit dengan menikmati sejuknya angin yang menerpa Anda di sore hari.
Setelah lelah berjalan mengitari Museum Latemmamala, Anda bisa bersantai sejenak di taman kota. Duduk santai di sini bisa sambil menikmati indahnya pemandangan alam Sulawesi Selatan. Selain itu, matahari terbenam hingga datangnya malam dan kalong akan bergelantungan di atas pohon besar yang ada di sekitar taman. Menurut mitos, saat Anda kejatuhan kotoran hewan malam ini akan mendapat jodoh orang asli Soppeng.
Lokasi Museum Villa Yuliana Mudah Diakses

Dahulu kala, lahan ini merupakan rumah kediaman resmi kontrolir Soppeng, tentu dibangun di area yang strategis. Saat ini, Mess Tinggia berada di satu kawasan dengan rumah dinas milik Bupati Soppeng. Oleh sebab itu, Anda bisa mengakses objek wisata ini dengan sangat mudah. Aksesnya bisa memakai kendaraan pribadi atau angkutan umum hingga sampai di museum tersebut. Anda bisa belajar dan menikmati suasana khas masa lampau yang masih kental.
Karena tempatnya yang telah beralih fungsi menjadi museum, maka Anda juga bisa ke area tersebut untuk belajar. Tidak heran, banyak sekali anak anak sekolah yang diajak oleh kerabat atau keluarganya ke rumah peninggalan Belanda ini. Belajar di alam bebas atau luar sekolah memang terasa menyenangkan, sehingga informasi pun lebih mudah diserap. Dengan begitu, informasi lebih banyak yang diperoleh selama proses belajar.
Sembari belajar, tentu para pengunjung akan merasa lelah dan lapar. Tidak perlu khawatir, pengelolaan tempat wisata ini sudah sangat baik karena dilengkapi fasilitas yang memadai. Terdapat banyak penjual makanan serta toilet yang bersih untuk para pengunjung. Tidak hanya itu, untuk pengunjung yang berasal dari luar kota bisa menginap dengan akses yang mudah. Harganya pun cukup ramah di kantong Anda.
Belajar akan terasa menyenangkan bila dikemas dengan sangat baik, seperti ke museum untuk melihat berbagai peninggalan sejarah. Soppeng memiliki bangunan peninggalan Belanda yang saat ini telah dialihfungsikan menjadi museum tempat benda benda prasejarah. Anda bisa menikmatinya sembari melihat berbagai keunikan Villa Yuliana yang semula dibangun untuk menyambut putri dari negeri Bunga Tulip.