Pontianak tidak hanya terkenal dengan pesona alamnya semata, Anda juga bisa mengunjungi Pelabuhan Seng Hie yang merupakan dermaga tertua dan legendaris yang menarik untuk dieksplor.
Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat; Map: Cek Lokasi |
Bertandang ke kota Pontianak, jangan lupa mampir ke pusat perdagangan legendaris yang berlokasi di Pelabuhan Seng Hie. Letaknya cukup berdekatan dengan Sungai Kapuas, sehingga wisatawan bisa menemukannya dengan mudah. Apa yang membuat pelabuhan satu ini terlihat istimewa dibandingkan dengan pelabuhan lainnya ? Mari kita mengenal sejarahnya terlebih dahulu.
Sejarah Berdirinya Pelabuhan Seng Hie
Pelabuhan ini sepintas seperti pelabuhan lainnya tanpa ditemukan keistimewaan. Namun siapa sangka jika pelabuhan satu ini menyiratkan cerita sejarah cukup panjang dan telah diabadikan lewat pemberian namanya. Lokasinya cukup strategi, karena berdekatan dengan tepian Sungai Kapuas yang tidak kalah terkenal.
Pelabuhan Seng Hie sebenarnya merupakan pelabuhan bongkar muat legendaris dan tertua yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Barat. Bahkan hingga kini, pelabuhan satu ini masih beroperasi untuk melakukan aktivitas bongkar muatan berbagai barang dari kapal kapal dagang. Berbagai kapal tradisional juga melayani naik turun penumpang yang ingin menuju daerah Ketapang.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari peta Pontianak pada tahun 1934, ternyata kawasan pelabuhan ini berada tepat di Kapoeas Weg. Untuk sampai di lokasi dermaga, wisatawan juga bisa menyusuri Pasar Besar Weg yang kini kedua jalan tersebut sudah berganti nama menjadi Jalan Sultan Muhammad.
Tidak jauh dari jalan tersebut, Anda bisa menemukan jalan Voorstroad dan Sulthan Weg yang kini bernama Jalan Tanjungpura. Sedangkan jalan bernama Theng Seng Hie Weg kini telah dikenal dengan Jalan Pangsuma. Apabila ini adalah kali pertama mengunjunginya, silahkan bertanya kepada masyarakat sekitar agar tidak tersesat di tengah perjalanan.
Meski telah dikenal luas oleh masyarakat, nyatanya tidak pernah ditemukan informasi resmi terkait Pelabuhan Seng Hie. Hanya saja, hingga saat ini pelabuhan legendaris ini sudah bagian dari perekonomian masyarakat kota Pontianak dan tentunya Kalimantan Barat. Berdasarkan catatan Sukzu Hartati, Pelabuhan ini ternyata milik saudagar kaya raya asal China bernama Theng Seng Hie.
Beliau dikenal sebagai sosok pengusaha sukses dan ingin mengembangkan bisnis yang tengah digelutinya. Demi menunjang segala aktivitas perdagangannya, beliau kemudian membangun sebuah dermaga yang kini dikenal dengan sebutan Pelabuhan Seng Hie. Ternyata keputusan untuk membangun sebuah dermaga adalah awal dari kesuksesan.
Dikatakan sebagai awal kesuksesan, karena dermaga ini dulunya digunakan oleh para pengusaha sebagai tempat berlabuh dari daerah seberang maupun negara tetangga. Mulai dari pedagang dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan tentu saja pedagang asal pedalaman Kalimantan Barat yang hendak menawarkan hasil bumi.
Masyarakat juga tertarik memanfaatkan dermaga tersebut sebagai pusat aktivitas niaga dan perdagangan. Sayangnya pada tahun 1930, dermaga yang sedang berkembang ini pun kemudian diambil alih pemerintah kolonial Belanda. Pada saat itu pula, Pontianak menjadi bandar niaga berkat lokasinya yang cukup strategis.
Lokasinya cukup strategis karena dermaga ini berada dekat dengan rute pelayaran Cina Selatan, Singapura, dan rute pelayaran Selat Malaka. Belanda juga memanfaatkannya sebagai tempat mendistribusikan hasil alam tanah Kalimantan Barat seperti emas, intan, kayu, hingga lada. Sejak saat itu pula, bisnis yang susah payah didirikan perlahan mengalami kemunduran.
Di ambang kebangkrutan atas bisnisnya, Theng Seng Hie kemudian menjual rumah beserta tanah yang dimilikinya yang menjadi pertanda bahwa kondisi keuangannya memburuk. Menurut informasi yang didapatkan, rumah hunian tersebut dijual kepada keuskupan Pontianak yang saat itu dipimpin oleh Uskup Mosier Pacificus Bosch.
Rumah kediaman tersebut kemudian menjadi RC Vicarage and Chinese Chapel, namun saat ini sudah dimanfaatkan sebagai Gereja Gembala Baik. Sedangkan sebagian sisa lahannya dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Sudah beberapa kali dermaga tersebut mengalami perubahan serta dilakukan rehabilitasi untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan.
Berkat perubahan di beberapa bagian, dermaga legendaris ini tidak pernah terlihat sepi dari aktivitas mulai dari bongkar muat barang hingga aktivitas ekonomi. Walaupun sejarah ini masih diceritakan, nyatanya tidak ada yang mengetahui pasti akan sosok pengusaha kaya tersebut bahkan ketika namanya sudah diabadikan menjadi nama pelabuhan.
Pada era kemerdekaan, secara resmi pangkalan kapal kapal besar ini menjadi milik pemerintah daerah Kota Pontianak dan akan dikelola dan diatur oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak. Selama perjalanan waktu itu pula, Dinas Perhubungan terus melakukan pembaruan di beberapa sudut area agar memudahkan proses bongkar muatan barang.
Jika diceritakan dengan alur mundur, dapat dipastikan bahwa dermaga yang difungsikan sebagai jalur perdagangan ini sudah ada sejak lama sebelum memasuki tahun 1930 an. Selain dikenal sebagai pelabuhan tertua di kota Pontianak, dermaga satu ini juga menjadi saksi bisu bagaimana perjuangan pengusaha sukses tersebut di masa penjajahan kolonial Belanda.
Adanya nilai historis yang tinggi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat kemudian menetapkan bahwa Pelabuhan Seng Hie masuk ke dalam salah satu cagar wisata kota Pontianak. Bahkan lewat dermaga legendaris ini, pengunjung yang datang dari luar daerah bisa mengenal sekaligus mengetahui perkembangan ekonomi dari masyarakat kota Pontianak lebih dalam.
Kondisi Pelabuhan Seng Hie di Masa Sekarang
Menorehkan cerita sejarah cukup panjang, uniknya dermaga yang kini dikenal sebagai Pelabuhan Seng Hie ini masih aktif beroperasi. Seiring berjalannya waktu, berbagi dermaga baru mulai bermunculan namun tidak mempengaruhi keberadaan dermaga legendaris satu ini. Pasalnya Pelabuhan ini masih tetap menjadi pusat perekonomian pemerintah dan masyarakat Pontianak.
Sebagai pusat perdagangan dan bongkar muatan barang, jangan mengharapkan melihat hamparan lautan lepas yang indah dengan air jernih menyegarkan. Buang semua bayangan melihat keindahan alam selama menginjakkan kaki di sana. Sebab Anda tidak akan menemukannya, kecuali kapal kapal tampak bersandar di bibir dermaga.
Selama berada disana, Anda akan disambut dengan kapal muatan dan jejeran kapal berukuran lebih kecil khusus mengangkut penumpang. Bahkan tidak jauh dari sana, terlihat daratan lain yang masih bagian dari kota Pontianak. Selain melihat aktivitas pengangkutan barang, tidak ada salahnya mencoba menyeberang menggunakan kapal klotok.
Sebenarnya kawasan dermaga ini dibagi menjadi dua bagian dengan fungsi berbeda. Dimana Pelabuhan Seng Hie lebih dimanfaatkan sebagai tempat singgahnya kapal barang dan dihiasi dengan kapal berukuran jauh lebih besar, sedangkan untuk wilayah pedalaman Senghie digunakan sebagai angkutan orang yang ingin menyeberang ke daratan seberang.
Selama berada di pedalaman Senghie, Anda bisa menemukan sejumlah kapal tradisional tengah sibuk mengangkut orang. Dua area berbeda tersebut memiliki suasana sedikit berbeda, sehingga tidak ada salahnya menyusuri setiap sudut Pelabuhan legendaris ini. Namun tahukah Anda alasan mengapa Pelabuhan Seng Hie masih aktif beroperasi hingga sekarang ?
Menurut pemaparan dari ASP kota Pontianak, Pelabuhan ini masih menjadi pilihan favorit bagi pengusaha angkutan barang untuk melakukan perdagangan. Sebab, dermaga legendaris ini memiliki kapasitas kapal jauh lebih besar dengan area lebih luas, sehingga mampu menekan biaya produksi berlebih.
Lokasinya yang berdekatan dengan pusat kota dan memiliki jalur yang aman, menjadi alasan lain mengapa Pelabuhan Seng Hie masih menjadi pilihan terbaik untuk jalur perdagangan. Alhasil, biaya angkut barang menjadi lebih murah dan cepat dibandingkan jenis pelabuhan lain yang masih berada di wilayah Kalimantan Barat.
Rute Pelayaran di Pelabuhan Seng Hie
Berdasarkan penjelasan dari poin sebelumnya, dapat diketahui bahwa Pelabuhan Seng Hie tidak hanya dijadikan sebagai tempat singgah bagi kapal barang berukuran besar semata. Sebab ada pula jejeran kapal penumpang yang tampak merapat di bibir dermaga. Kapal kapal penumpang tersebut siap membawa Anda ke berbagai pulau lainnya.
Contohnya saja rute perjalanan jauh dari Kota Pontianak ke Pulau Maya. Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 12 jam lamanya untuk sampai di tujuan utama. Jarak tempuh yang cukup jauh, umumnya kapal hanya beroperasi sekitar 2 kali saja dalam seminggu. Sedangkan rute pelayaran untuk jarak lebih dekat akan berlabuh setiap saat dibutuhkan.
Sebab perjalanan singkat ini hanya menyeberangi Sungai Kapuas dan berangkat dari Pelabuhan Seng Hie, menuju ke Masjid Sultan Syarief Abdurrahman dan Keraton Kadriah. Biaya jasa penyeberangan pun cukup murah, sehingga tidak ada salahnya merasakan sensasi menyeberang ke daerah seberang menggunakan perahu sederhana bernama klotok.
Satu perahu klotok setidaknya dapat mengangkut kurang lebih 10 penumpang sekaligus dalam sekali jalan. Apabila kapasitas penumpang sudah mencukupi, perahu akan berangkat menyusuri Sungai Kapuas dengan tenang. Tidak butuh waktu lama, Anda sudah bisa sampai di tujuan dengan selamat tanpa menguras isi dompet.
Fasilitas yang Tersedia di Pelabuhan Seng Hie
Telah bertahun tahun lamanya menjadi dermaga yang diandalkan untuk jalur perdagangan, pihak pengelola berusaha meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengunjung dengan memberikan sejumlah fasilitas. Mulai dari area parkir kendaraan yang cukup luas dan tertata, kebersihan sekitar dermaga yang dijaga dengan baik, dan masih banyak fasilitas lainnya.
Penambahan fasilitas memadai, diharapkan dapat memudahkan proses bongkar muat barang menjadi lebih efisien dan efektif dalam satu waktu. Para pengunjung tidak perlu takut membawa kendaraan pengangkut barang, karena sistem keamanan semakin dijaga dengan ketat untuk menekan resiko kehilangan dan berbagai permasalahan lainnya.
Wisata sejarah tidak kalah menarik untuk dikunjungi, dimana salah satunya bisa Anda temukan di kota Pontianak atau lebih tepatnya di Pelabuhan Seng Hie. Pelabuhan tertua yang hingga kini masih aktif beroperasi ini membawa cerita sejarah cukup panjang. Tidak heran jika wisatawan tertarik mengunjunginya sebentar sambil melihat aktivitas warga sekitar.