Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: 24 jam, Alamat: Kec. Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat; Map: Cek Lokasi |
Masjid merupakan rumah tempat ibadah umat Islam. Sejak masuknya agama Islam di nusantara, masjid mulai dibangun sebagai sarana penyebaran agama Islam kepada masyarakat. Salah satunya yakni Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman yang berlokasi di Pontianak.
Dimana masjid Jami’ dibangun pada masa pemerintahan Sultan Pontianak sekaligus menjadi masjid tertua yang dibangun di kota tersebut. Simak ulasan ini untuk mengetahui informasinya lebih lanjut.
Mengenal Masjid Jami’ Pontianak, Masjid Pertama di Pontianak
Masjid Sultan Syarif Abdurrahman atau juga bisa disebut sebagai Masjid Jami’ Pontianak ini, dibangun sekitar tahun 1771. Masjid yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, menjadi salah satu saksi terbentuknya kota pontianak pada saat itu.
Pada awalnya Masjid Jami’ hanya sebuah langgar yang sederhana. Menurut sebuah hikayat, masjid tersebut mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Syarif Usman sekitar tahun 1819 hingga 1855.
Dimana penjelasan mengenai pendirian masjid Jami’ dapat dilihat dari inskripsi huruf Arab yang ada di atas mimbar. Dimana pada inskripsi tersebut tertulis bahwa Masjid Jami’ Pontianak dibangun oleh Sultan Syarif Abdurrahman pada hari Selasa bulan Muharram tahun 1237 Hijriah.
Namun untuk mencapai bentuk yang terlihat seperti sekarang, Masjid Jami’ telah mengalami penyempurnaan yang telah dilakukan sultan sultan berikutnya.
Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman diberi nama demikian sebagai penghormatan kepada pendiri kota Pontianak yakni Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadrie, sultan pertama Kesultanan Pontianak.
Masjid Jami’ juga menjadi satu dari dua bangunan yang menjadi saksi sejarah berbagai proses perubahan yang ada di kota Pontianak dan sekitarnya. Dimana peninggalan kerajaan Pontianak satu ini terletak di Kampung Dalam Bugis.
Bangunan Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Memiliki Arsitektur Unik
Peninggalan masjid bersejarah di Indonesia, umumnya masing masing bangunan memiliki bentuk yang unik. Tidak berbeda dengan Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman satu ini.
Dimana secara keseluruhan, bentuk bangunan masjid Jami’ mendapatkan banyak pengaruh dari Arsitektur Jawa, Timur Tengah, Melayu, bahkan Eropa. Hal tersebut dapat terlihat dari bentuk atap undak masjid yang terlihat seperti tajug, yang biasanya ada pada arsitektur Jawa.
Selain itu, juga terdapat mahkota atau genta khas Eropa yang berada pada bagian ujung tajug. Pengaruh budaya Eropa lainnya juga terdapat pada pintu dan juga jendela masjid yang memiliki ukuran cukup besar.
Sedangkan untuk budaya Timur Tengah, terlihat pada bagian mimbar masjid yang memiliki bentuk kubah. Untuk bangunan budaya khas Melayu yakni bentuk masjid yang menerapkan bentuk rumah berkolong atau rumah panggung.
Dengan demikian, meskipun berada tepat di atas sungai Kapuas, masjid Jami’ tidak pernah terkena banjir. Selain itu, bagian kolong masjid juga telah dicor dengan semen untuk mengantisipasi terjadi amblas.
Hal tersebut mengingat struktur tanah yang labil dan sebagian tanah gambut. Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie juga memiliki 6 tiang besar yang terbuat dari pohon ulin dengan ukuran diameter yang besar.
Dimana jumlah 6 tiang tersebut mencerminkan rukun iman yang ada dalam agama Islam. Namun tidak hanya 6 pilar utama, masjid Jami’ juga memiliki 5 tiang kecil pada masing masing pilar utama yang juga terbuat dari kayu ulin. Dimana tiang kecil tersebut mencerminkan rukun Islam.
Ada juga tiang penyangga yang terletak di depan pondasi utama, berjumlah 4 buah dan terletak di dekat mimbar. 4 tiang tersebut mencerminkan 4 khalifah sahabat Nabi Muhammad.
Namun tidak hanya pada bagian pilar dan tiangnya saja, material dari bangunan masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie juga didominasi dengan kayu ulin.
Dimana kayu ulin merupakan tanaman khas pulau Kalimantan yang memiliki kekuatan dan keawetan paling baik bila dibandingkan dengan kayu lainnya. Material kayu ulin tersebut dapat dilihat pada pagar, lantai, dinding, menara, serta bedug besar yang terdapat di serambi masjid.
Masjid Jami’ Pontianak memiliki mimbar tempat berkhutbah yang cukup unik dan berbeda dengan masjid lainnya. Dimana mimbar tersebut sekilas bentuknya terlihat mirip seperti geladak kapal. Selain itu, pada sisi kanan dan kiri mimbar juga terdapat kaligrafi yang ditulis pada media kayu plafon.
Pada bagian atap, awalnya atap terbuat dari rumbia. Namun saat ini telah menggunakan sirap, yakni potongan kayu ulin yang memiliki ketebalan tipis.
Atap dari masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman terdiri dari 4 tingkatan. Dimana pada tingkatan kedua terdapat beberapa jendela berukuran kecil yang terbuat dari kaca. Sementara pada tingkat paling atas, atapnya terlihat seperti kuncup bunga atau stupa.
Meskipun masjid Jami’ sudah berusia 170 tahun lebih, namun bangunan tersebut masih mampu untuk menampung sekitar 1500 jamaah yang setiap harinya datang hilir mudik.
Lokasi Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman
Bangunan masjid, biasanya terletak dekat pusat kota atau bangunan pemerintahan. Namun letak masjid Jami’ Pontianak satu ini, berbeda dengan masjid masjid pada umumnya.
Pada bagian kiri pintu masjid, terdapat sebuah pasar ikan tradisional. Hal tersebut mengacu pada letak masjid yang tepat berada di atas sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Selain itu, pada bagian belakang masjid terdapat pemukiman padat kampung Beting, kelurahan Dalam Bugis.
Sedangkan untuk bagian dari depan masjid Jami’ Pontianak yang menghadap ke arah barat, maka akan tersajikan pemandangan sungai Kapuas. Dimana sungai tersebut merupakan sungai terpanjang di Indonesia.
Sehingga yang ingin mengunjungi masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman, dapat menempuh jalur perairan dengan menggunakan sampan atau speedboat. Namun pengunjung juga bisa melalui jalur darat dengan menggunakan bus yang melewati jembatan sungai Kapuas.
Tempat Wisata Religi dan Budaya di Pontianak
Mengenal masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman sebagai masjid tertua di Pontianak, tentu saja membuat masjid tersebut menarik untuk dikunjungi. Masjid yang masih terlihat kokoh meski telah berdiri lebih dari 170 tahun ini, tentu saja menjadi destinasi wisata budaya dan sejarah.
Bahkan juga sering dituju untuk destinasi wisata religi umat Islam. Namun meskipun demikian, masjid ini masih tetap menjalankan fungsi utamanya sebagai tempat ibadah.
Sehingga dapat dikatakan tidak lengkap apabila mengunjungi kota Pontianak namun tidak mengunjungi masjid Jami’ yang terletak di sungai Kapuas ini. Selain berkunjung secara langsung ke masjid Jami’, wisatawan bisa melihat pemandangan masjid dari arah sungai Kapuas.
Wisatawan bisa melihatnya dengan menaiki kapal wisata yang berada di taman alun alun Kapuas. Dimana kapal tersebut beroperasi sejak menjelang sore hingga malam hari.
Meskipun telah berdiri lebih dari 170 tahun, namun masjid Jami’ masih mampu untuk menampung banyak jamaah. Bahkan masjid tertua di Pontianak tersebut juga banyak pengunjung pada saat hari besar Islam, terutama pada Hari Raya Idul Fitri.
Jika Anda akan berlibur ke Pontianak, tidak ada salahnya untuk mengunjungi bangunan satu ini. Pasalnya banyak nilai sejarah yang dapat dipelajari dari masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman. Semoga informasi ini bermanfaat.