Gunung Sumantri salah satu gunung dalam rangkaian Pegunungan Jayawijaya, Papua yang menarik diekpslor keindahannya. Gunung ini memiliki puncak yang curam dan berada di ketinggian 4.870 mdpl yang sangat menantang buat para pecinta alam.
Harga Tiket: -, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Tembagapura, Kec. Tembagapura, Kab. Mimika, Papua; Map: Cek Lokasi |
Gunung Sumantri dikenal juga dengan nama lengkap Gunung Sumantri Brodjonegoro. Walau kepopulerannya belum bisa menyaingi Gunung Puncak Jaya, tetapi sudah cukup untuk menarik perhatian para pecinta alam. Menjulang di atas ketinggian 4.870 dari permukaan laut, menyajikan medan yang tajam dan curam.
Panorama di sisi utara mayoritas didominasi oleh tebing curam yang termasuk bagian Noordwand atau dinding sebelah utara Gunung Puncak Jaya. Terbentuk melalui benturan lempeng Pasifik dengan lempeng Australia, dan lama-kelamaan menghasilkan subduksi yang kian bertambah. Sebelum membentuk pegunungan, permukaan bebatuan di dasar laut bergerak ke atas lebih dahulu.
Itulah kenapa gunung di Papua rata-rata memiliki material batu kapur, tidak terkecuali Gunung Sumantri. Bagi para pendaki pemula, destinasi menantang satu ini agaknya terlalu sulit untuk ditaklukan. Untuk itu, diperlukan bantuan peralatan yang cenderung lebih lengkap. Keunggulan topografinya kian menonjol, kini menjadi 350 meter setelah sebelumnya hanya sekitar 200 meter.
Daya Tarik yang Dimiliki Gunung Sumantri

✦ Memiliki Sejarah Pendakian yang Panjang
Aspek sejarah merupakan bagian yang tidak boleh dipisahkan begitu saja ketika hendak menilai suatu wisata alam, termasuk di antaranya Gunung Sumantri atau memiliki sebutan Ngga Pulu sebelum tahun 1973. Dilakukan ekspedisi pertama kali dilakukan pada tahun 1936, saat itu dikenal dengan istilah Puncak Gunung Kedua pada Dinding Utara.
Selanjutnya, Heinrich Harrer pernah mendaki di tahun 1962 dan membuat track jalur pendakian. Kala itu, masih menggunakan sebutan yang sama, yakni Ngga Pulu “Sunday Peak”. Adapun istilah Sumanteri diambil dari nama Profesor Sumantri Brodjonegoro, seorang Menteri Sumber Daya Energi dan Mineral Republik Indonesia, yang wafat pada tahun 1973.
Pada tahun 1936, puncak tertinggi Gunung Ngga Pulu berhasil ditaklukan untuk pertama kalinya oleh Anton Colijn, Frits Wissel, dan Jean Jacques, pendaki berkebangsaan Belanda. Setelah itu, September 1971, Reinhold Messner melakukan pendakian solo di dinding utara tebing hingga mencapai ketinggian 600 meter.
Satu tahun kemudian, tiga pendaki terdiri dari Dick Isherwood, Jack Baines, serta Leo Murray turut melakukan pendakian dan kemudian menemukan pasak yang ditinggalkan oleh Messner di puncak sebelah utara. Seiring berlalunya waktu sampai saat ini, sudah banyak pendaki yang menaklukan Gunung Ngga Pulu setelah melewati sejarah ekspedisi panjang oleh orang-orang terdahulu.
Ramai disambangi pendaki sepanjang tahun, khususnya pada musim kemarau atau bulan Mei dan Juni. Ini karena kabut akan menyelimuti gunung jika pendakian dilakukan di bulan Maret dan September. Ada lapisan es tipis yang menyelimuti kawasan ini, tetapi terus mencair setiap tahunnya sebagai efek dari pemanasan global.
✦ Mencicipi Kuliner di Sepanjang Perjalanan
Perjalanan menuju tujuan pendakian Gunung Sumantri sangat panjang. Anda akan mampir ke beragam tempat, melewati jalur udara, laut, dan daratan. Dalam momen tersebut, Anda akan menghabiskan waktu berhari-hari sebelum tiba di kaki pegunungan. Ini belum termasuk pendakian menuju puncak tertinggi.
Terletak di daerah Papua Barat, bentuknya identik dengan hutan, gunung, hutan Dipterokarp Atas, hutan Dipterokarp, dan hutan Montane. Karenanya, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner yang mungkin Anda temui selama perjalanan. Bahkan, jika perlu beli secukupnya untuk bekal setiba di puncak tertinggi.
Selain identik dengan kearifan budaya dan keragaman suku, Papua Barat juga terkenal akan kekayaan kulinernya. Mulai dari ikan bakar manokwari, kue lontar, sate ulat sagu, papeda, ikan bungkus, udang selingkuh, martabak sagu, dan masih banyak lagi. Setiap menu menawarkan cita rasa yang khas, beberapa di antaranya cocok untuk dijadikan teman makan di pegunungan.
✦ Salju Abadi yang Indah
Puncak Sumantri termasuk dalam rangkaian pegunungan Jayawijaya, bersama dengan Puncak Carstensz dan Puncak Jaya. Meski Indonesia termasuk negara beriklim tropis, tetapi Anda bisa menemukan lapisan salju ketika memasuki kawasan di ujung timur ini. Diperkirakan es tersebut sudah terbentuk sejak ribuan tahun lalu, karena itulah dilabeli sebagai es abadi.
Tentu, menyaksikan lapisan es di atas pegunungan negara tropis merupakan sesuatu yang istimewa. Pengalaman yang mungkin diidamkan banyak orang dan berharap bisa dilakukan paling tidak sekali seumur hidup.
Sayangnya, mengingat medannya begitu sulit, hingga dikatakan berjalan satu langkah bagaikan tiga langkah, tidak banyak orang yang bisa mewujudkannya, terutama di kalangan pemula. Jika Anda memang sedang mempersiapkan diri atau tertarik mendaki hingga ke puncak Gunung Sumantri, pastikan memiliki peralatan dan perbekalan memadai.
Kabar baiknya, Anda bisa menyaksikan lapisan es tanpa harus berdiri di Puncak Sumantri atau puncak lainnya langsung, bisa melalui salah satu jalur pendakian, yakni New Zealand Pass. Tidak diketahui pasti alasan penyebutan New Zealand Pass, sebagian mengatakan karena penampakan panorama di sini seperti di New Zealand versi lain.
Namun, ada juga kabar yang beredar bahwa jalur ini pertama kali diekspedisi oleh orang New Zealand, makanya dilabeli demikian. Apapun itu, Anda bisa melihat salju karenanya. Berlatarkan padang savana yang memesona, dengan gunung dan pepohonan berjajar, lapisan putih tampak menyelimuti Puncak Jaya dan Puncak Sumantri.
Alamat, Rute Lokasi dan Tiket Masuk

Perjalanan Anda akan bermula dengan penerbangan menuju Sugapa dari Timika, kemudian diikuti aksi berjalan kaki ke Desa Ugimba, Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam. Medannya memang sulit sekali terjamah. Jika ditotal keseluruhan, Anda akan menghabiskan waktu sekitar 4 sampai 5 hari.
Berangkat dari Desa Ugimba, Anda akan melintasi salah satu rute pendakian, yaitu New Zealand Pass. Melandai di atas ketinggian 4.000 mdpl, dibalut udara tipis, Anda perlu berjalan kaki selama 4 hari. Dalam prosesnya, para pendaki akan diterpa kelelahan hingga napas terasa putus-putus. Meski begitu, mata Anda akan dimanjakan oleh berbagai panorama indah nan menakjubkan.
Sebuah padang savana membentang di jalur New Zealand Pass. Gunung dan pepohonan menjadi latar belakangnya. Dari sini, Anda akan disuguhkan panorama rangkaian Puncak Sumantri dan Puncak Jaya yang diselimuti lapisan es berwarna putih. Setelah itu, tibalah waktunya Anda mencapai Basecamp Danau-danau.
Gunung Sumantri terlihat semakin jelas di bagian puncaknya karena Anda kini berada di ketinggian 4.330 meter dari permukaan laut. Sebelum melintasi Puncak Carstensz, Basecamp Danau-danau adalah titik terakhir. Sebagai informasi tambahan, Puncak Carstensz tidak memiliki lapisan es, tetapi merupakan puncak tertinggi di Indonesia dan mencapai 4.884 meter dari permukaan laut.
Anda akan mendaki Puncak Carstenz menggunakan rute tali atau disebut juga fix rope. Dari sini, pemandangan Puncak Sumantri di seberang sana semakin menggoda hingga bisa-bisa membuat Anda lupa semua kelelahan yang mendera. Namun demikian, jangan terlalu asyik mengamati lapisan es abadi dari kejauhan sebab pendaki disarankan kembali ke pemukiman pada pukul 12.00-13.00 WIT.
Ini karena di jam-jam tersebut kerap terjadi kabut yang menebal. Selain itu, Anda tidak bisa memprediksi kapan turunnya hujan salju di Puncak Carstensz. Alternatif lain, bisa melewati jalur Puncak Carstensz Timur, berangkat dari Yellow Valley. Biasanya membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam dengan berjalan kaki.
Semua perhitungan rute di atas belum termasuk perjalanan menuju ke Gunung Sumantri. Pasalnya, dari Puncak Carstensz, Anda masih harus melintasi medan curam untuk persis berdiri di kawasan destinasi tujuan utama. Sebenarnya, rute tersebut akan sedikit lebih ringan jika melintasi perusahaan tambang ke arah Basecamp Danau-danau. Hanya saja, perizinannya agak ketat dan susah didapatkan.
Tidak ada biaya masuk khusus yang berlaku di kaki gunung ini seperti objek wisata lain, tetapi biaya perjalanannya justru diakumulasikan jauh sebelum itu. Menyesuaikan risiko pendakian dan sewa porter untuk membantu Anda mengangkut barang, paling tidak butuh modal puluhan juta setiap orang.
Selain karena susahnya medan yang harus dilalui, agaknya alasan lain mengapa objek menarik ini tidak begitu populer adalah biaya perjalanannya tidak main-main. Belum lagi, jika Anda berangkat dari Pulau Jawa, misal. Tentu, effort tersebut akan setara dengan kepuasan yang akan Anda raih ketika berhasil menginjakkan kaki di puncak gunung.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan

1. Menyaksikan Matahari Terbit
Aktivitas satu ini pastinya sangat menggoda untuk dilakukan di Gunung Sumantri. Dari ketinggian ribuan meter, langit akan terasa begitu dekat seolah persis di atas kepala. Untuk bisa mewujudkannya, Anda harus punya ketahanan fisik yang kuat demi berpacu dengan waktu.
Semakin lama proses pendakian dilalui, maka semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk tiba bagian di puncak. Dalam rangka mengakali kesulitan tersebut, pastikan Anda menjalani latihan fisik paling tidak selama satu bulan sebelum jadwal keberangkatan. Latihlah otot kaki, biasakan berjalan jauh rutin setiap harinya.
2. Mengabadikan Eksotisme Pegunungan Sumantri
Lebih dari sekadar foto-foto cantik untuk mengisi kanal sosial media, setiap waktu yang terlewat selama pendakian bahkan layak diabadikan. Jangan hanya mengandalkan kamera smartphone, tetapi bawalah perlengkapan fotografi terbaik yang Anda miliki. Jika diperlukan, tak masalah untuk menyisihkan sejumlah dana terpisah untuk menyewa peralatannya.
Mulai dari medan yang curam, bebatuan kokoh nan tajam, padang savana, hingga lapisan es di puncak gunung. Walau tidak identik dengan kehijauan alam, namun rangkaian Pegunungan Jayawijaya mempunyai pesona tersendiri yang mampu meninggalkan kesan mendalam di hati para pendaki.
Bebatuan berwarna abu kehitaman di bagian puncak terlihat amat estetis. Bagai kumpulan karang di pesisir pantai. Belum lagi, panorama perkampungan nun jauh di dasar bukit. Melalui bidikan lensa kamera, Anda dapat menonjolkan keunggulan wilayah terluar di ujung timur Indonesia.
3. Duduk Bersantai Setelah Melalui Perjuangan Panjang
Begitu tiba di puncak gunung, mungkin hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah istirahat. Carilah spot ternyaman untuk sekadar duduk dan melepas lelah. Rasakan oksigen yang mengalir lewat indra pernapasan.
Di samping itu, Anda juga bisa mulai menyantap perbekalan. Tak perlu terburu-buru, nikmati saja setiap detik yang terlewat di Gunung Sumantri berteman embusan angin.
Mendaki gunung, artinya Anda siap melakukan simulasi bertahan hidup. Semuanya harus Anda persiapkan sendiri sejak meninggalkan rumah karena fasilitas di sini amat minim. Mumpung lapisan es di Gunung Sumantri belum meleleh seutuhnya akibat pemanasan global, segeralah bertandang ke sana, khususnya bagi Anda pecinta tantangan.