Harga Tiket: -, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Kel. Melai, Kec. Betoambari, Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara; Map: Cek Lokasi |
Pernahkah Anda mendengar tentang Istana Malige? Bila berkunjung ke Provinsi Sulawesi Tenggara, persisnya di Kota Bau-Bau, siapa pun bisa mendapati keberadaan sebuah kediaman bekas Sultan Kerajaan Buton ke-38, La Ode Muhammad Hamidi.
Istana tersebut masih dijaga seperti pertama kali dibangun oleh keturunan sultan hingga sekarang. Meskipun zaman telah berubah dan modernitas mulai merasuk ke setiap sendi kehidupan, tetapi bukti eksistensi kerajaan di Pulau Buton masih dapat dipelajari generasi sekarang dan yang akan datang.
Apa yang menarik di rumah budaya ini? Adalah konstruksi bangunan Istana Malige tanpa bantuan paku besi. Dari setiap sudutnya mengandalkan papan dan pasak bermaterial kayu. Itu sungguh luar biasa bila melihat bentuknya yang kukuh dan seolah tidak lekang diterpa pergantian masa.
Sejarah Singkat Istana Malige

1. Dibangun Sebagai Hunian
Pada pertama kali pembangunannya, Istana Malige berfungsi sebagai kediaman keluarga Kerajaan Buton. Di sini terdapat kamar pribadi Sultan ke-38, La Ode Muhammad Hamidi.
Bangunan yang berdiri di atas lahan dengan luas 2 hektare itu ditinggali oleh anak, istri, dan sultan sendiri. Sementara di sisi lain, masih pada lahan yang sama, terdapat Istana Kamali, sebuah hunian para selir.
2. Tanpa Rancangan di Atas Kertas
Menariknya, rumah Malige yang disinyalir berakar dari kata mahligai ini, rupanya tidak memiliki rancangan profesional, seperti prototipe, gambar, atau tulisan.
Telah banyak orang yang hadir dengan niat ingin mengetahui bagaimana gambar bangunannya, tetapi memang, menurut pengakuan keturunan sultan terakhir yang tinggal di sini, semua tersimpan di otak sang kakek buyut.
3. Dibuat Tanpa Paku Besi
Hal menakjubkan lainnya, rumah panggung itu berdiri dengan hanya mengandalkan pasak kayu, tidak memiliki kamu besi sama sekali.
Meski demikian, eksistensinya tetap terjaga, padahal telah ada sejak tahun 1930-an. Rumah yang juga menjadi simbol peradaban Kerajaan Buton ini terdiri dari empat lantai, di mana semakin tinggi lantainya, maka ukurannya semakin sempit.
Di tempat yang terlihat mewah dalam tradisionalitas itu, Anda bisa menemukan kamar tidur, ruang tamu, dan area pelaksanaan sidang. Tak kalah penting, ada pula ornamen unik seperti ukiran buah nanas di ujung atap yang bermakna payung kerajaan khusus sultan.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi

Tidak sulit untuk menemukan keberadaan Istana Malige, terutama karena bentuknya yang unik dan tampak mencolok di antara rumah-rumah lainnya. Bangunan bermaterial papan kayu itu dapat Anda temukan di Kelurahan Melai, tidak jauh dari pusat Kota Bau-Bau.
Hanya saja, alternatif moda transportasi umum yang ada di wilayah ini masih cenderung terbatas. Mayoritas warga lokal mengandalkan kendaraan pribadi atau bantuan tukang ojek konvensional.
Jangan berekspektasi Anda bisa memanfaatkan jasa layanan taksi atau ojek online saat melakukan perjalanan ke Kecamatan Betoambari sebab belum tersedia sama sekali. Pilihannya, Anda perlu menyewa mobil atau motor jika datang dari luar daerah.
Tentu akan lebih bagus jika Anda memiliki kenalan di Kota Bau-Bau sehingga bisa meminta diantar langsung ke lokasi Istana Malige yang bersejarah tersebut.
Sebenarnya terdapat angkutan umum dengan rute di tengah kota, tetapi cukup sulit untuk menemukannya bagi para pendatang yang baru menginjakkan kaki pertama kali di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Harga Tiket Masuk Istana Malige

Pihak pengelola yang juga merupakan keturunan Sultan Kerajaan Buton ke-38 secara khusus tidak menetapkan biaya masuk atas Istana Malige.
Pasalnya, rumah ini didiami oleh keturunan Sultan La Ode Muhammad Hamidi dan diperlakukan sebagaimana hunian pada umumnya. Jadi, rasanya tidak mungkin jika ditetapkan biaya tertentu untuk memasukinya.
Lalu, bagaimana agar Anda bisa masuk ke sini? Sudah tentu harus atas dasar persetujuan penghuni rumah, tidak bisa dilakukan sebarangan. Mungkin bisa dengan memperkenalkan diri dan keperluan secara sopan, dan bila diizinkan, pastikan tetap menjaga rasa hormat.
Kegiatan yang Menarik Dilakukan di Istana Malige

1. Mengenal Budaya Masyarakat Setempat
Mengingat eksistensi Istana Malige sebagai bukti sejarah dan budaya Kerajaan Buton, ada baiknya untuk mengutamakan kegiatan edukasi saat berkunjung ke sini.
Anda bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat yang tinggal di sekitar lokasi bekas kediaman Sultan Buton ke-38 itu. Pilihan paling utama, tentu bertanya langsung pada penghuni rumah, di mana masih memiliki garis darah keluarga kerajaan.
Kerajaan Buton di masa lalu mungkin termasuk berukuran kecil bila dibandingkan nama-nama kejayaan yang populer dalam buku sejarah. Namun, tahukah Anda bahwa daerah ini tidak pernah dijajah atau diduduki oleh siapa pun?
Dahulu, penguasa di Pulau Buton menjalankan prinsip kerja sama, alih-alih membiarkan wilayahnya terjajah. Bisa dibilang, sejak awal masyarakat Buton memiliki harga diri yang tinggi di mana nama baik benar-benar dijaga dan dipertahankan.
2. Mengelilingi Istana
Patut untuk selalu diingat bahwa Istana Malige berlantai 4 itu sampai sekarang masih memiliki penghuni, bukan bangunan kosong. Artinya, saat ingin berkeliling di dalamnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah meminta izin kepada tuan rumah.

Barulah setelah memperoleh perizinan, Anda bisa mampir ke setiap ruangannya jika memungkinkan, lalu mengamati bagaimana konstruksi bangunan ini secara detail. Pastinya tetap dengan memperhitungkan asas kesopanan sebagaimana lazimnya saat bertamu ke rumah orang.
Hindari sebarangan masuk ke sebuah ruangan karena bisa jadi itu privasi, sebaiknya mintalah selalu konfirmasi dari tuan rumah. Kemudian, tidak ada salahnya jika Anda datang sambil membawa buah tangan sebagai bentuk rasa terima kasih sebab telah diizinkan berkeliling.
3. Mengobrol dengan Keturunan Sultan
Tidak hanya sekadar tinggal dan hidup di dalam istana, keturunan sultan juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga kondisi di dalamnya agar tetap layak ditinggali.
Atas seluruh kejadian sejarah yang tersimpan di sini, baik dalam bentuk catatan ataupun cerita dari mulut ke mulut, cukup menarik untuk mengetahuinya lebih jauh.
Bagaimana filosofi bangunan, apa yang sekiranya dilakukan Sultan Kerajaan Buton ke-38 dengan serius di sisa-sisa umurnya, bagaimana gaya hidup keturunannya kini, dan masih banyak lagi.
Bagi para pecinta sejarah serta budaya, berkunjung ke sini barangkali akan terasa menggembirakan.
Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Istana

Tak banyak hal yang bisa didapatkan jika Anda mengharapkan adanya modernitas dalam Istana Malige. Bekas kediaman keluarga Kerajaan Buton di masa lampau ini tetap dijaga dan dipertahankan seperti apa adanya.
Jangan heran bila Anda tidak bisa memenuhi keinginan bersenang-senang bila berkunjung ke sini, sebab keberadaannya dimaksudkan sebagai bukti sejarah, bukan hiburan. Meski demikian, setidaknya Anda akan mendapati apa yang umum dimiliki oleh rumah-rumah budaya di kawasan Pulau Buton.
Datang ke sini barangkali lebih diutamakan untuk mempelajari tradisi setempat, alih-alih mencari situasi yang menyenangkan. Dari fakta konstruksi, bentuk arsitektur, hingga filosofi mendalam, inilah apa yang bisa Anda peroleh di dalamnya.
Istana Malige adalah satu dari sekian banyak hunian keluarga kerajaan di Nusantara. Hadirnya membuktikan bahwa negara ini pernah terdiri dari kumpulan kejayaan yang sektoral. Atas dasar itu, sangat bisa dipahami jika keberadaannya tetap dijaga seperti sedia kala dengan sedikit pemugaran, bukan?