Menjadi kebanggaan Kalimantan Timur, siapa sangka jika Jembatan Mahakam menyimpan segudang fakta bersejarah yang mungkin tidak banyak diketahui orang.
Harga Tiket: Rp 15.000, Jam Operasional: 08.00-18.00 WITA, Alamat: Jl. K.H. Ahmad Muksin, Timbau, Kec. Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur; Map: Cek Lokasi |
Jembatan Mahakam menyimpan segudang cerita sejarah dan memiliki cerita tersendiri bagi Kalimantan Timur, terutama bagi masyarakat kota Samarinda. Pasalnya jembatan megah satu ini, berfungsi sebagai penghubung sekaligus sebagai jalur transportasi yang mampu meningkatkan sektor ekonomi masyarakatnya. Dibalik kemegahannya, terdapat jembatan kebanggaan Kalimantan Timur ini menyimpan fakta menarik yang wajib diketahui.
1. Jembatan Mahakam Menghubungkan Dua Wilayah
Layaknya jembatan pada umumnya, jembatan difungsikan sebagai jalur penghubung antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini berlaku pada Jembatan Mahakam sebagai penghubung antara Samarinda Kota dan Seberang. Kedua wilayah besar tersebut dipisahkan oleh Sungai Mahakam yang diketahui memiliki jarak sekitar 300 hingga 500 meter. Demi memenuhi kebutuhan warganya, akhirnya pembangunan jembatan pun dilakukan.
Diresmikan pada tanggal 2 Agustus 1986 silam, sejak saat itu pula penduduk sekitar tidak perlu lagi menyeberang sungai yang memakan waktu cukup banyak. Dalam peresmiannya, dilakukan dengan menekan tombol sirine disertai dengan pelepasan balon udara. Selain menggunakan kendaraan, jembatan ini juga ramah dilalui dengan berjalan kaki santai yang bahkan dilakukan semenjak hari jembatan diresmikan.
Peresmian jembatan megah ini membuat presiden Soeharto tidak hentinya tersenyum senang dan bangga. Pasalnya jembatan ini dipercaya langkah tepat memperkuat ekonomi, sebab dapat memperlancar arus kendaraan bahkan untuk daerah sekitar Samarinda sekalipun. Kepercayaan tersebut akhirnya terbukti setelah beberapa waktu kemudian, dimana masyarakat sekitar merasakan kemudahan dan ekonomi pun kian menguat.
2. Akses Transportasi Menjadi Lebih Cepat
Sebelum dibangunnya jembatan, dahulunya masyarakat antar kedua wilayah ini harus menyeberang menggunakan kapal feri sebagai akomodasi utamanya. Dibutuhkan waktu berjam jam terutama ketika arus lalu lintas sedang padat untuk bisa sampai di wilayah seberang, mulai meresahkan masyarakat karena dianggap kurang efektif. Tingginya kebutuhan akan transportasi cepat, mudah, namun juga murah sangat dibutuhkan.
Alhasil masyarakat mendorong Pemerintah Kalimantan Timur yang kala itu menjabat untuk membangun sebuah jembatan. Usai mengetahui segala keluh kesah warganya, pemerintah pusat mulai melakukan pertimbangan yang menghasilkan keputusan setuju dengan adanya pembangunan jembatan yang kemudian diberi nama Mahakam. Mendengar keputusan pemerintah, pembangunan jembatan ini pun disambut dengan hangat gembira.
Dan benar saja, usai pembangunan jembatan usai dilakukan terlihat jelas transportasi semakin lancar tanpa hambatan. Masyarakat yang hendak bepergian ke wilayah seberang pun tidak perlu khawatir, karena kini bisa dilakukan dengan cepat nan mudah. Bahkan masyarakat yang hendak pergi ke wilayah Bontang, Sanggata, maupun Tenggarong bisa melewati jembatan megah satu ini sebagai alternatifnya.
3. Miliki Panjang Sekitar 400 Meter
Samarinda Kota dan Samarinda Seberang dipisahkan oleh sungai Mahakam, sehingga dahulu masyarakat hanya bergantung dengan kapal feri untuk menyeberang. Hingga pada tahun 1987, akhirnya diresmikan Jembatan Mahakam yang menjadi infrastruktur pertama yang berhasil menghubungkan kedua wilayah tersebut. Jembatan dengan panjang 400 meter tersebut, kemudian menjadi akses transportasi tercepat untuk bisa sampai di seberang lainnya.
Jembatan panjang nan megah satu ini, menjadi suatu proyek kebanggaan sang Presiden yang kala itu dijabat oleh Soeharto. Bagaimana tidak, dibutuhkan dana sekitar 7 miliar ripuah dalam pembangunanannya. Namun besaran dana yang dikeluarkan, dirasa imbang dengan keuntungan dan manfaat yang bisa didapatkan. Bahkan jembatan panjang satu ini, dijadikan sebagai sarana serta mobilitas dari penduduk kedua wilayah yang terpisahkan.
Manfaat bukan hanya didapatkan untuk penduduk sekitar semata, pasalnya jembatan ini mampu mendorong mobilitas mayarakat dari sejumlah wilayah lain yang ada di Kalimantan Timur. Mulai dari kota Balikpapan, Kutai Kartanegara, Tenggarong, hingga Bontang yang hendak bertolak ke kota Samarinda menjadi lebih mudah dan cepat. Inilah alasan mengapa jembatan megah ini menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat Kalimantan Timur.
4. Sejarah Pembangunan Jembatan Mahakam
Dibalik kemegahan dan manfaat yang didapatkan, siapa sangka jika jembatan penghubung ini menyimpan cerita tersendiri. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan, ternyata Gubernur Ery Supardjan sang penggagas pembangunan si jembatan bersejarah tersebut mengaku adanya kendala saat pembangunan mulai dilakukan. Permasalahan tersebut bermula dikala penanaman tiang pancang dilakukan di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Hutama Karya selaku kontraktor pembangunan, hambatan terjadi akibat dasar sungainya yang begitu dalam serta struktur tanahnya yang berbeda dibandingkan dengan daratan meski telah menggunakan sistem hidraulis. Belum cukup sampai disana, ternyata masih ada tantangan lainnya yang harus dipertimbangkan dengan matang. Tantangan kali ini berkaitan erat dengan urusan bentang jembatannya sendiri.
Menurut rencana yang sudah disusun sedemikian rupa, jembatan ini nantinya memiliki 6 bentang dengan jarak terpanjang mencapai 100 meter. Sedangkan pada kala itu, jembatan berbentang termasuk langka di Indonesia. Dengan kata lain, dibutuhkan dana lebih besar agar pembangunan tetap berlanjut seperti rencana sebelumnya. Padahal kondisi ekonomi tengah lesu akibat turunnya harga minyak dunia.
Kemudian Soeharto menyampaikan jika jembatan tersebut nantinya dibiayai dari hasil gotong royong bersama. Bertubi tubi permasalahan datang pun dapat dilalui, hingga pada akhirnya jembatan pun berhasil dibangun tepat waktu. Melihat perjuangan dan kerja keras bersama, prestasi terselesaikannya pembangunan jembatan tepat waktu dianggap sebagai prestasi sendiri. Bahkan Bapak Presiden pun maklum dengan biaya jembatan yang tinggi tersebut.
Cerita mengharukan pun terjadi usai Soeharto meninggalkan lokasi acara, dimana ratusan masyarakat Samarinda yang awalnya menonton dari kejauhan kemduian meluapkan rasa bangga dan keceriaannya dengan berjalan kaki menuju jembatan. Permandangan ini pun masuk ke dalam cerita sejarah yang tidak akan terlupa sepanjang masa, mengingat perjuangan dalam pembangunannya sendiri tidaklah mudah.
5. Jembatan Menggunakan Teknologi Belanda
Seperti yang dikatakan pada poin sebelumnya, jembatan dengan panjang 400 meter ini dibagi menjadi beberapa bentang yang ditopang dengan 5 pilar. Dimana bentang terpanjang berukuran 100 meter tersebut akan berdiri di pilar ketiga dan keempat, sedangkan dua bentang lainnya baik dari Samarinda Seberang maupun Samarinda Kota masing masingnya miliki panjang sekitar 60 meter.
Konstruksi jembatannya menggunakan rangka baja menggunakan sistem Hollandia Kloos yang berasal dari Belanda. Informasi ini diperkuat dengan naskah Presiden Soeharto yang menyatakan jika rangka baja tersebut ada berkat bantuan Kerajaan Belanda. Walaupun mendapatkan bantuan dari negeri Kincir Angin, produksi bajanya sendiri dilakukan dalam negeri dengan memanfaatkan desain dari Belanda.
Terpilihnya sistem Hollandia Kloos bukanlah tanpa alasan, sebab konstruksinya diyakini kuat menopang bentang yang lebih panjang hinga mencapai 105 meter. Bahkan kemampuan daya tompangnya diperkirakan berkisar 175%, jika dibandingkan dengan jenis rangka baja lainnya. Tidak berhenti sampai disana, pasalnya ada beberapa pertimbangan lainnya mengapa sistem satu ini dipilih dalam pembangunan jembatan Mahakam.
Pertimbangan tersebut didapatkan dari biaya perawatannya cukup terjangkau, karena telah melewati proses galvanis lalu dicelupkan pada logam panas. Proses inilah yang membuat jembatan tidak mudah berkarat dan akan bertahan digunakan dalam beberapa tahun kedepan. Alhasil 11% jembatan kebanggaan tersebut menggunakan sistem tersebut sebagai solusi terbaiknya.
Memasuki tahun ketiga, Pemprov Kalimantan Timur mulai waspada terutama untuk bentang utamanya. Rasa kekhawatiran tersebut terbukti dengan adanya peraturan Daerah 1/1989, mengenai Lalu Lintas Jembatan yang telah dioperasikan sejak masa Gubernur Muhammad Ardans. Dimana Beleid yang berfungsi mengantur lintasan untuk keenam kolong jembatannya terpisahkan oleh lima pilar.
Kolong terlebar berada di bawah bentang terpanjang, dengan jarak antar pilar berkisar 80 meter dengan tinggi sekitar 10 meter dari permukaan air. Berbeda halnya dengan kelima kolong lainnya yang hanya memiliki lebar sekitar 40 meter saja. Dari informasi ini sudah bisa disimpulkan jika kolong nomer empat dianggap istimewa, lantaran disediakan khusus untuk ponton maupun kapal untuk berlabuh. Sedangkan jenis kapal kecil lainnya tidak diizinkan melewati kolong tersebut.
Bulan hingga berganti tahun, pada akhirnya jalur pelayaran bertambah padat hingga kolong keempat terlihat sesak. Bahkan Wai Flash Chen dan Lian Duan menyatakan jika penyusunan Bridge Enggineering Hanbook dengan lebar kolong 80 meter untuk lintasan ponton selebar 25 meter beriko tinggi. Pernyataan keduanya berujuk dari peristiwa pilar yang tertabarak pada tahun 2010 silam, yang menjadi peristiwa bersejarah dimana kapal diseruduk untuk pertama kalinya.
Siapa yang tidak kenal dengan jembatan megah bernama Mahakam ? Jembatan kebanggaan Kalimantan Timur ini, ternyata memiliki segudang fakta menarik dan menyimpan cerita sejarah yang masih jarang diketahui oleh masyarakat. Setelah mengetahui fakta di balik pembangunan jembatannya, dapat dipastikan Anda akan takjub dan mengetahui alasan mengapa jembatan ini begitu istimewa.