Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: 24 Jam, Alamat: Sanrobone, Kec. Sanrobone, Kab. Takalar, Sulawesi Selatan; Map: Cek Lokasi |
Talakar merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang lokasinya dekat dengan Makassar. Kota satu ini dekat dengan pesisir sehingga memiliki beberapa pantai yang menawan. Wisata pantai di Talakar bahkan seperti magnet yang menarik wisatawan. Ketika anda mengunjungi Talakar atau akan berlibur, tak ada salahnya wisata sejarah. Di Talakar terdapat situs peninggalan sejarah yang dikenal dengan Benteng Sanrobone. Selengkapnya simak ulasan berikut.
Menjelajah Ruang Waktu Benteng Sanrobone di Talakar
Wisata sejarah juga menjadi salah wisata yang sangat menarik. Dengan mengunjungi tempat bersejarah, tak hanya seru namun juga menambah pengetahuan. Fan Sanrobone atau Benteng Sanrobone merupakan benteng peninggalan kerajaan Sanrobone. Lokasinya di sebelah selatan Makassar, dan masuk dalam wilayah Takalar. Seperti halnya benteng pertahanan di Gowa, benteng satu ini juga dibuat batu bata merah yang masih bisa dilihat hingga kini.
Sebelum mengetahui lebih dalam tentang situs sejarah ini, ada baiknya jika sedikit membahas tentang kerajaannya. Kerajaan Sanrobone didirikan Karaeng Panca Belong atau yang juga dikenal dengan Karampang Cambelong. Seperti yang tertulis dalam sebuah catatan bertajuk Lontara Patturioloanga ri Sanrobone, Karaeng Panca Belong merupakan orang pertama yang menjadikan daerah Sanrobone sebagai daerah pemukiman.
Kerajaan ini awalnya merupakan kerajaan yang berdiri sendiri, hingga kemudian menjadi Kerajaan Palili. Kerjaan Palili sendiri merupakan sebutan untuk kerajaan yang menjadi pengikut dari Kerajaan Gowa. Sisa sisa kemegahan dari kerajaan ini, masih bisa terlihat hingga kini. Menginjakkan kaki di bagian dari sejarah ini, maka anda bisa berangan angan bagaimana dahulu rupa dari Kerajaan dan juga peradaban yang ada di Sulawesi Selatan saat itu.
Walaupun kini, hanya tersisa jejaknya dalam bongkahan batu merah. Benteng Sanrobone menjadi situs yang menjadi Situs Cagar Budaya. Saat anda melihatnya langsung, mungkin hanyalah sisa bebatuan yang tak tersusun tuntas. Diperkirakan benteng ini memiliki ketebalan hingga 5 meter. Dan panjang hingga 20 sampai 30 meter, jik dihitung dengan garis keliling luasnya bisa mencapai 23 Ha. Sebuah benteng yang begitu megah di masanya.
Sisa tembok yang merupakan bekas benteng ini menjadi ikon bagi Sanrobone. Kemudian terdapat juga rumah adat Baruga, menurut keterangan Warga setempat rumah adat tersebut digunakan menyambut tamu penting. Benteng Sanrobone ini memang terlihat kokoh, namun ternyata robohnya juga ketika meriam Belanda menjadikannya sasaran. Dimana keruntuhan benteng ini terjadi ketika Kerajaan Gowa kalah dari VOC di tahun 1667.
Benteng Sanrobone runtuh bersamaan dengan benteng Opu serta bebrapa benteng lainnya. Perataan benteng ini dilakukan oleh Cornelis Speelman yang merupakan Jenderal pasukan VOC di perang Makassar. Terdapat 14 benteng yang menjadi bagian dari kerajaan Gowa dan Tallo. Dan benteng yang masih utuh adalah Benteng Pannyua. Dan kompleks benteng ini semakin hancur berkat masa pemberontakan DI/TII.
Dimana pada tahun 1956, kerajaan dibakar oleh pemberontak. Semuanya dipicu karena Raja Sanrobone yang ke 23 yaitu Mallombasi Daeng Kilo, lebih memihak pada NKRI. Akibat peristiwa tersebut, semua catatan sejarah juga barang kerajaan ludes tak tersisa. Menyisakan tungku besar yang dibuat dari batu bata dan juga tingan pemancing untuk upacara. Hanya itu saja yang tersisa, mungkin anda bisa membayangkan sekilas kejadian masa itu.
Situs Lain Tak Kalah Seru untuk Dijelajahi di Benteng Sanrobone
Puas menjelajah waktu dengan melihat sisa benteng Sanrobone, anda juga bisa mengunjungi situs lain yang masih satu kawasan. Salah satunya yang bisa dikunjungi adalah Masjid Agung yang dinamakan Baitul Maqdis. Masjid ini juga merupakan bangunan bersejarah yang dibangun di tahun 1603. Masjid yang masih kokoh ini dibangun oleh Syekh Musyidin. Dengan adanya masjid ini, kita menjadi tahu jika kerajaan Sanrobone sudah tersentuh agama Islam.
Syekh Musyidin juga menjadi syekh yang pertama kali mengenalkan Agama Islam dan mendirikan sholat Jumat pertama di Sanrobone. Jejak agama Islam ini tak hanya terlihat dari hadirnya masjid ini. Namun di sebelah masjid juga terdapat kompleks pemakaman dari Raja Raja Sanrobone. Kompleks pemakaman tua ini, setidaknya terdapat 44 nisan yang penuh lumut dan juga pahatan yang tak jelas. Usia hampir menghapuskan pahatan tersebut.
Yang membuat kompleks pemakaman ini terlihat menarik adalah, hadirnya dua nisan dengan kubah runcing. Memiliki tinggi sekitar 5 meter dengan cat putih yang mulai kusam lengkap dengan hiasan kubahnya. Sekilas kubah runcing ini mirip dengan piramid yang membuatnya semakin menonjol di antara makam yang lain. Dua nisan yang unik tersebut bertuliskan tulisan kaligrafi dengan Arab gundul. Semakin indah dengan hadirnya pola hiasan sulur dan tumbuhan.
Sebelumnya, makam kubah ini pernah mengalami pemugaran karena bagian atapnya runtuh. Penyebabnya tentunya usia yang membuatnya lapuk. Dan nisan tersebut merupakan Karaeng Timinanga Ri Masigeria makam penyebar Islam Sanrobone . Satunya merupakan raja ke 14 yang bernama Karaengta Kalukuang. Bentuk dari nisan ini mirip dengan kompleks makam di kerajaan Gowa di Sungguminasa, Gowa.
Bentuknya yang mirip bukanlah tanpa alasan, kesamaannya ini konon karena menunjukkan jika Kerajawaan Gowa, Sanrobone dan Tallo merupakan kerajaan kembar. Wisata sejarah satu ini memang cukup lengkap dan membuat kita mengenal tentang sejarah bangsa sendiri. Sayangnya, kompleks makam ini tak begitu terawat dan terlihat hampir terlupakan. Selain kompleks makam dan juga benteng ada banyak hal lainnya yang bisa ditemui.
Benteng Sanrobone Memiliki Sumur yang Airnya Konon Tak akan Kering
Rasa rasanya kompleks Cagar Budaya ini selalu memberikan kejutan. Pasalnya setelah melihat bagaimana benteng Sanrobone dan kompleks makam yang unik, pengunjung juga akan melihat sumur yang katanya airnya tak akan kering. Sumur ini berada di kompleks masjid, dan seringkali dijadikan sebagai air saat mandi Passili di upacara pernikahan. Kompleks masjid ini memang cukup menarik untuk dijelajahi ketika anda berkunjung.
Peradapan masa lalu juga meninggalkan meriam Spanyol serta tasbih yang bisa anda temui. Sebenarnya, Kompleks Benteng Sanrobone memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi ikon wisata. Namun wisata sejarah memang tak semuanya menyukainya, padahal ada banyak pengetahuan dan mengenal perjuangan masa lalu yang didapatkan. Dan kondisi Benteng Sanrobone terlihat tak terawat dan membutuhkan perhatian lebih.
Mengunjung Benteng ini, akan lebih asyik jika anda menemui atau bertanya dengan warga sekitar. Dengan begitu anda bisa mendapatkan informasi tambahan yang lebih terpercaya. Sangat beruntung jika nantinya anda masih bisa bertemu dengan keturunan kerajaan. Cerita ke masa lampau akan mengalir begitu saja sembari, melihat lihat situs sejarah satu ini. Tidak ada salahnya, menjadikan benteng Sanrobone sebagai tujuan wisata.
Tak hanya memiliki alam yang indah dan memukau, Takalar rupanya juga menyimpan sejarah yang bisa ditelusuri. Kembali sebentar ke masa lampau akan memberikan sensasi tersendiri dan pengalaman baru. Mengunjungi Talakar, rasanya tak akan lengkap jika tak mengunjungi situs satu ini. Bagaimana, tertarik untuk menelusuri jejak sejarah di Benteng Sanrobone?