Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 04.00-22.00 WITA, Alamat: Jl. Labuke, Melai, Kec. Murhum, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara; Map: Cek Lokasi |
Pulau Sulawesi memang dikenal akan keindahan alamnya yang masih terjaga, namun bukan berarti hanya wisata alamnya saja yang bisa dikunjungi. Jika ingin menikmati nuansa berbeda, tidak ada salahnya berwisata sambil belajar sejarah dengan mengunjungi Benteng bersejarah di Buton Sulawesi Tenggara. Daripada penasaran, coba simak dahulu ulasan berikut ini.
Sebuah Benteng yang Sudah Diakui Dunia
Jika berbicara mengenai benteng, hal pertama yang terlintas di pikiran yaitu sebuah tembok pertahanan yang menjulang tinggi nan gagah seperti yang ada d film action. Tak perlu jauh jauh ke negara sebelah untuk bisa melihatnya, karena Indonesia juga memiliki benteng pertahanan seperti itu. Jika digambarkan, benteng bersejarah ini memang memiliki tampilan yang tak kalah jauh seperti yang digambarkan dalam film.
Sebagai warga tanah air, nampaknya anda harus berbangga hati ketika memilki benteng bersejarah satu ini. Pasalnya, benteng keraton ini telah diakui sebagai benteng terluas di dunia yang berdiri kokoh seluas 23.375 hektar. Hal ini sekaligus menandakan bila, masyarakat dunia telah mengenal dan menyetujui betapa luasnya benteng ini bukan ? Bisa bayangkan sendiri, betapa menakjubkannya benteng bersejarah ini.
Dan benar saja, luas benteng ini pun bukan hanya diakui secara lisan oleh masyarakat dunia. Tak tanggung tanggung, benteng satu ini pun pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia dan Guiness Book Record pada tahun 2006 silam. Kini sebagai warga yang baik, ada baiknya terus melestarikan wisata bersejarah ini dan jangan mengotorinya dengan tangan jahil tidak bertanggung jawab.
Sejarah Singkat Benteng Keraton Buton
Benteng keraton yang dimaksudkan disini berlokasi di kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Menurut para ahli, benteng ini didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Buton II bernama La Sangaji di Abad ke 16. Sebelum dikenal seperti sekarang, benteng ini dahulunya dibangun dengan menumpuk batu dan disusun hingga mengelilingi kompleks istana. Tentu saja penumpukan batu ini bukanlah iseng semata, namun memiliki tujuan tertentu.
Salah satu fungsinya yaitu sebagai pagar pembatas antara perkampungan masyarakat dan kompleks istana. Sedangkan fungsi utamanya, tentu saja sebagai benteng pertahanan apabila ada serangan musuh secara mendadak. Kemudian benteng ini pun diubah secara permanen pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elagi, atau yang dikenal sebagai Sultan Dayanu Ikhsanuddin.
Tak main main, benteng ini memiliki panjang sekitar 2.740 meter dan mencapai 2 meter hingga 8 meter dengan ketebalannya dindingnya yang bisa mencapai 2 meter. Batu yang digunakan untuk membangun benteng pun bukanlah batu biasa, namun menggunakan batu kapur yang terdiri dari 3 komponen lainnya. Sebagai benteng pertahanan, tentu saja komponen pertama yaitu ditemukan meriam dari peninggalan Portugis dan Belanda.
Komponen kedua yaitu pintu gerbang atau Lawa, yang difungsikan sebagi penghubung antara keraton dan kampung yang berada di sekitar benteng. Sedangkan bentengnya sendiri terdiri dari 12 lawana, yang mana angka tersebut diyakini telah mewakili 12 lubang di tubuh manusia. 12 lawana tersebut terdiri dari Lawana Lanto, Lawana Rakia, Lawana Kampebuni, Lawana Labunta, Lawana Waborobo, Lawana Kalau, Lawana Dete, dan masih banyak lagi.
Tahukah kenapa setiap akhir Lawana berakhiran kata “na” ? Sebenarnya hal ini bisa dikatakan sebagai kata kanti milik “nya”, dan memiliki bentuk berbeda beda yang masing masing memiliki penjaga. Di benteng ini anda juga bisa menemukan Baluara sebagai komponen ketiga, yang ternyata sudah dibangun pada masa pemerintahan Sulton Buton ke IV bersamaan dengan pembangunan gudang atau gado.
Benteng ini setidaknya memiliki 16 Baluara yang terdiri dari Baluara Gama, Baluara Dete, Baluara Kalau, Baluara Rakia, Baluara Baluwu, Baluara Tanailandu, Baluara Siompu, dan masih banyak lainnya. Bahkan di dalam benteng ini, wisatawan juga bisa menemukan sebuah masjid yang ternyata sudah dibangun sejak tahun 1712 silam. Sebelum cantik seperti sekarang, dahulu masjid ini hanyalah dibangun secara sederhana.
Tampilan awalnya, masjid ini memiliki atap rumbia berbentuk surau yang tentunya kurang sedap dipandang. Beruntungnya kemudian masjid ini direnovasi, namun dengan tidak menghilangkan nilai sejarahnya sendiri. Kini masjid ini pun terlihat lebih cantik dan bersih, sehingga pengunjung pun senang dan tertarik untuk mengabadikannya. Selain itu, pengunjung juga bisa menemukan jangkar kapal berukuran besar bernama Sampa Raja.
Jika mengelilingi benteng ini, kemungkinan anda melilhat sebuah batu yang dikeramatkan dan diberi nama Batu Popaua. Konon katanya, batu tersebut digunakan sebagai tempat pengambilan sumpah dan pelantikan dari para Raja atau Sultan Buton. Oleh karenanya, pengunjung pun banyak yang berniat untuk mengabadikan momen berliburnya bersama dengan batu tersebut.
Ketika diperhatikan dengan seksama, anda bisa menemukan lubang yang bisa memuat satu kaki orang dewasa. Lubang tersebut ada bukanlah tanpa alasan, sebab saat pelantikan berlangsung Sultan diharuskan memasukkan satu kakinya ke dalam lubang tersebut lalu mengambil sumpah. Sedangkan pengambilan sumpahnya sendiri, dilakukan menggunakan Al Qur’an yang tentunya sudah berusia ratusan tahun lamanya.
Ketika mengunjungi benteng sejarah ini, pengunjung seakan dibawa ke masa kerajaan seperti di film action pada umumnya. Selain dikelilingi oleh dinding yang menjulang tinggi, ditemukan pula tiang bendera dengan tinggi sekitar 21 meter. Tiang ini sengaja didirikan pada abad ke 17 menggunakan kayu jati, yang difungsikan sebagai tempat pengibaran bendera Kerajaan Buton (Bendera Longa Longa).
Sedangkan jika dilihat dari lokasinya yang berada di Bukit Walio, maka sudah sewajarnya bila pengunjung bisa menemukan pemandangan cantik di sekitar Bukit. Benar saja, banyak yang mencoba untuk duduk di puncak dinding benteng untuk melihat pemandangan kota Baubau dari ketinggian. Dari ketinggian tersebut, tak jarang terlihat jelas beberapa kapal tengah hilir mudik di selat Buton.
Aktifitas Menarik Dilakukan di Benteng Keraton Buton
Sebagai tempat wisata, sudah sewajarnya bila pengunjung bisa melakukan berbagai aktifitas menarik untuk mengisi waktu liburnya. Begitu pula ketika mengunjungi benteng satu ini, dimana pengunjung bisa berjalan santai di dalam bentengnya sekaligus mendapatkan ilmu sejarah baru. Berlibur sambil belajar, pengunjung pun diajak untuk ikut berpartipasi dalam menjaga peninggalan ini.
Ketika menyusuri benteng ini, bisa dikatakan bila anda sedang berolahraga karena sama saja seperti mengelilingi satu kelurahan. Selama berjalan menyusuri setiap sudut benteng, jangan lupa untuk mengabadikan momen berlibur di tempat yang tidak biasa. Belum lagi dengan pemandangan indah di sekitar benteng yang memang berada di ketinggian, dirasa mampu memberikan angin segar dan kenikmatan tersendiri.
Dikenal sebagai wisata bersejarah yang diakui oleh dunia, sebagai warga masyarakat Indonesia yang baik hendaknya bisa turut serta menjaga dan melestarikan peninggalan tersebut. Mengelilingi benteng ini pun terasa mengasyikkan, dimana terlihat benteng yang terbuat dari batu kapur ini yang bisa dijadikan background cantik untuk berswafoto. Belum lagi pemandangan sekitarnya, dirasa mampu menyegarkan mata dan pikiran.