Harga Tiket: Rp 5.000, Jam Operasional: 09.00-18.00 WITA, Alamat: Jl. Ujung Pandang, Bulo Gading, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan; Map: Cek Lokasi |
Sebagai salah satu peninggalan bersejarah, sebuah benteng di Makassar yang cukup terkenal ini terus menerus menjadi daya tarik besar untuk para wisatawan. Tidak hanya bagi warga sekitar tetapi mereka yang datang dari luar Makassar juga tertarik untuk menelisik lebih jauh bagaimana Benteng Fort Rotterdam menjadi saksi sejarah. Terlebih ketika Anda berwisata dengan anak-anak, maka pilihan mengunjungi Fort Rotterdam ini merupakan wisata sejarah dengan unsur edukasi.
Fort Rotterdam, benteng yang berada di tengah kota ini memang kabarnya tengah mendapat renovasi. Telah ada sejak abad ke 17 sehingga memang membutuhkan pemugaran tanpa harus menghilangkan nilai historisya. Bahkan dari benteng inilah, Anda bisa melihat bagaimana gambaran kejayaan di masa kolonial.
Mengenal Benteng Fort Rotterdam
Menjadi bagian dari Sulawesi Selatan, Benteng Fort Rotterdam memang diketahui menjadi benteng termegah dan menawan yang ada di Sulawesi Selatan. Bahkan ada sebuah catatan yang pernah menggambarkan bahwa benteng ini sebagai benteng terbaik yang ada di Asia.
Benteng ini pernah mendapatkan julukan sebagai Benteng Jumpandang atau Ujung Pandang dan berjaya pada abad ke 17. Saat itu, kesultanan yang memerintah yakni Kesultanan Gowa dengan 17 benteng yang tersebar di hampir seluruh Makassar. Tetapi dari semua yang ada, Fort Rotterdam merupakan yang termegah dan juga tetap terpelihara.
Dulunya yang membangun tempat benteng ini adalah Raja Gowa ke 10 dengan nama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung. Dia juga disebut dengan nama Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Tetapi saat itu bentuk dari benteng ini memang belum seperti sekarang. Bentuk awalnya adalah benteng segi empat seperti kebanyakan benteng lainnya yang bergaya portugis. Tidak ada perubahan yang berarti hingga tahun 1634.
Barulah adanya perubahan bentuk ini terjadi tanggal 9 Agustus 1634 yang mana pada tahun tersebut adalah pada masa Sultan Gowa ke 14 dan bernama I Mangerangi Daeng Manrabbia. Ia memiliki gelar sebagai Sultan Alauddin. Beliau mulai membuat dinding dari batu padas hitam dan didatangkan dari daerah Maros. Kemudian ada perubahan lagi di tahun 1635 tepatnya tanggal 23 Juni. Di tahun inilah dibangun lagi sebuah dinding kedua yang ada di dekat pintu gerbang.
Tetapi pada akhirnya benteng ini ternyata mengalami kehancuran ketika Belanda menyerang berkali-kali di tahun 1655 hingga 1669. Pada saat itu Kesultanan Gowa dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Penyerangan benteng memiliki tujuan untuk bisa menguasai jalur perdagangan rempah-rempah yang ada di Makassar dan membuka jalur perdagangan Banda dan Maluku.
Disebutkan bahwa benteng ini sempat hancur dan Kesultanan Gowa kalah. Tetapi karena lokasinya strategis akhirnya dibangun kembali oleh Gubernur Jendral Speelman yang membangunnya dengan gaya arsitektur Belanda. Bentuknya hingga saat ini bisa Anda lihat.
Sebelumnya memang bentuk benteng adalah segi empat dengan empat bastion juga. Kemudian diubah dan ditambahkan satu bastion di sebelah barat. Namanya pun diubah menjadi Benteng Fort Rotterdam yang merupakan nama dari tempat kelahiran si Speelman. Dulunya di masa kolonial, benteng ini menjadi pusat pemerintahan Belanda tepatnya di area timur Indonesia.
Koleksi di Benteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam memiliki beberapa saksi bisu akan sejarah Indonesia. Seperti adanya Museum La Galigo sampai tempat dimana Pangeran Diponegoro yang pernah ditahan ada di Benteng Fort Rotterdam. Ketika Anda datang, maka dipersilakan untuk mengisi buku tamu dan tujuan kunjungan seperti apa.
Ada beberapa bangunan yang digunakan sebagai museum cagar budaya di dalam benteng. Bangunan ini masuk dalam pengawasan kantor Badan balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan. Termasuk juga lima bastion Benteng Fort Rotterdam yang memiliki ciri khas bangunan tersebut. dari kelima bastion ini adalah Bastion bacan yang ada di sebelah barat tepatnya di bagian tengah benteng.
Ada juga Bastion Buton di sudut barat laut, Bastion Amboina juga yang ada di sudut tenggara serta Bastion Mandarasyah yang ada di sudut timur laut. Tiap-tiap bastion ini dihubungkan dengan dinding benteng kecuali untuk bagian selatan yang memang tidak ada dinding disana. Diantara bastion bacan dan Amboina memang tidak terhubung dengan dinding.
Benteng Fort Rotterdam ini memiliki luas 2,5 hektar dan di dalamnya terdapat 16 buah bangunan dengan total luasnya 11.605,85 meter persegi. Sangat tepat jika Anda ingin menggunakan waktu seharian untuk menjelajah apa saja yang ada di dalam benteng.
Di dalam area benteng juga tersedia bangunan yang sangat bersejarah dimana bangunan kecil ini ternyata menjadi tempat Pangeran Diponegoro ditahan ketika pada masa penjajahan Belanda. Ruangan sempit ini berada di samping Museum La Galigo. Saat itu Pangeran Diponegoro ditangkap setelah berperang dengan Belanda selama lima tahun. Perang berakhir karena Pangeran Diponegoro dijebak pada sebuah perundingan damai. Ia dibuang ke Manado dan di tahun 1834 ia dipindah ke benteng Fort Rotterdam ini.
Fakta Benteng Fort Rotterdam
Ketika Anda berlibur atau mengunjungi benteng ini, jangan lupa untuk mampir ke Museum La Galigo yang ada di dalam kompleks benteng. Museum ini disebut sebagai museum tertua yang ada di Sulawesi Selatan dan berisi lima ribu koleksi. Menjadi fakta yang unik bahwa ada miniatur perahu pinishi, alat bercocok tanam tradisional hingga alat transportasi lawas bisa Anda temukan di dalamnya.
Keunikan lain adalah ada banyak peninggalan dari bebagai kerajaan yang pernah berkuasa di Sulawesi Selatan seperti Kerajaan Bone, Luwu, Gowam Sawitto hingga Wajo. Museum ini juga pernah nonaktif atau terhenti di masa kependudukan Jepang. Tetapi akhirnya dirintis lagi oleh para budayawan setelah adanya pembubaran Negara Indonesia Timur.
Fakta berikutnya adalah meskipun dinding benteng ini kokoh tetapi pintu utama ternyata berukuran cukup kecil. Bentuk bentengnya juga mirip dengan hewan penyu jika dilihat dari udara. Karena lokasinya dekat laut maka penyu tersebut seolah akan berenang ke laut.
Lokasi Benteng Fort Rotterdam
Bagi Anda yang ingin mengunjungi benteng fort rotterdam, lokasinya berada di Jalan Ujung Pandang, Bulo Gading, Kecamatan Ujung pandang. Biasanya para pengunjung menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam berada di benteng ini.
Ada banyak cara untuk pergi ke benteng karena aksesnya juga cukup mudah. Anda bisa memilih naik taksi atau pete-pete. Beberapa pengunjung juga biasanya mencarter pete-pete dari M-tos menuju benteng dengan harga Rp. 35.000.
Tips Wisata ke Benteng Fort Rotterdam
- Cek terlebih dahulu apakah benteng sedang dilakukan renovasi atau tidak. Untuk masuk ke benteng memang ada beberapa yang menyebutkan gratis. Tetapi petugas nanti akan meminta sumbangan seikhlasnya dan menandatangani buku tamu.
- Siapkan fisik Anda karena untuk berkeliling juga cukup menyita tenaga. Tetapi melihat benteng penuh dengan sejarah dan suasana lawas akan memberi kesan tersendiri.
- Perhatikan bagaimana rute yang dibutuhkan selama perjalanan. Terutama bagi para pendatang ada baiknya untuk tahu petunjuk jalan agar bisa sampai di benteng Fort Rotterdam dengan rute yang benar.